ivaa-online.org

Abdi Setiawan

Seniman kelahiran Pariaman, Sumatera Barat 29 Desember 1971 ini banyak berkarya dalam medium patung. Telah aktif mengikuti pameran sejak menempuh pendidikan yang ditamatkannya tahun 2003 di jurusan Seni Kriya, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. IFI-LIP menjadi lokasi dimana Abdi pertama kali menggelar pameran tunggalnya pada tahun 2004, dengan judul“Gairah Malam”. Karya patung dalam pameran tunggalnya ingin secara utuhmenggambarkan serangkaian cerita, dengan patung-patung seukuran tubuhmanusia dalam simulasi ruang tamu di rumah bordil.

Gaya pameran tunggal seperti ini nampaknya menjadi salah satu cirikhasnya. Seperti pameran tunggalnya di Red base Art Gallery, Ciputra Worldlantai 12 Jakarta, pada 30 Oktober hingga 30 November 2014. Kali ini Abdiberbicara tentang kekerasan, khususnya yang terjadi pada anak-anak ataubahkan yang dilakukan oleh anak-anak. Mereka yang umumnya identikdengan citra manis dan polos, bisa jadi berbeda karena mereka juga bagiandari cerminan dunia orang dewasa.

Sedangkan pameran bersamanya antara lain pameran karya mahasiswaISI-IKJ “Dialog Dua Kota I” di Taman Ismail Marzuki tahun 1996, Festival KesenianYogyakarta XV tahun 2003, A “Jakarta Biennale #14: Maximum City” tahun2011, “Yogyakarta—5 Artists from Indonesia”, Marc Straus Gallery, New York,Amerika Serikat tahun 2012, “Ekspansi: Pameran Besar Patung Kontemporer” diGaleri Nasional Indonesia tahun 2011, Bakaba #6 tahun 2017, dan masih banyaklainnya. Pada salah satu pameran bersama yang berjudul “What’s in yourpocket?” di Purna Budaya (sekarang menjadi PKKH UGM) tahun 2003, kuratorNurdian Ichsan, menyebut karya Abdi Setiawan bisa dikenali sebagai patungyang sifat monolithnya tidak terasa. Ini disebabkan tidak adanya kesatuanbentuk material. Abdi dengan lugas menggabungkan material nyata yangreal dengan material manusia kayu buatannya yang artifisial. Menghadirkanidentitas figur menjadi alasan Abdi memilih cara tersebut. Dalam berkarya,Abdi dinilai tidak lagi melihat adanya urgensi dalam penggunaan materialartifisial.

Hingga tahun 2019, Abdi tercatat telah puluhan kali mengadakan pameranbersama, dan lima kali pameran tunggal. Dua diantara pameran tunggalnyadigelar di Belgia, dengan tajuk “New Sculpture”, di Andre’ Simoens Gallery,Knokke –Zoute. Dan di Belanda dengan judul “New Sculptures”, di Metis Gallery,Amsterdam. Abdi juga salah satu finalis Phillip Morris Art Award tahun 2001.

Pada salah satu pameran bersama yang berjudul “What’s in your pocket?” (Purna Budaya, 2003), kurator Nurdian Ichsan, menyebut karya Abdi Setiawan mempunyai aspek menarik. Menurutnya, karya Abdi bisa dikenali sebagai patung, namun sifat monolithnya tidak terasa, karena tidak adanya “kesatuan” bentuk material. Hal tersebut terjadi karena Abdi dengan lugas menggabungkan material nyata yang “real” dengan material manusia kayu buatannya yang “artifisial”. Tujuan untuk menghadirkan identitas figur dianggap menjadi alasan Abdi memilih cara tersebut. Dalam berkarya, Abdi dinilai tidak lagi melihat adanya urgensi dalam penggunaan material artifisial.
(profil ini ditulis Februari, 2020)


Sumber:
http://archive.ivaa-online.org/files/uploads/texts/Mencari%20Estetika%20di%20Rumah%20Bordil.pdf
http://archive.ivaa-online.org/files/uploads/texts/2003_Whats%20In%20Your%20Pocket.pdf
http://dglib.uns.ac.id/dokumen/detail/10162/Kehidupan-masyarakat-urban-kalangan-bawah-dalam-patung-karya-Abdi-setiawan

JUDUL TAHUN PEMBUATAN
Tidak ada data