ivaa-online.org

Alia Swastika

Alia Swastika lahir pada 17 Agustus 1980, di  Yogyakarta. Ia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2002. Sejak tahun 2001, Alia kemudian bekerja di berbagai lembaga seni, antara lain Kunci Cultural Studies Center, Lattitudes Magazines, Pusat Studi Kebudayaan UGM, SURAT Newsletter, dan Cemeti Art House. Mulai dari tahun 2008, Alia menjadi Kurator dan Program Manager di Ark Galerie.

Alia telah menjadi kurator dalam puluhan pameran dan event seni, baik di Indonesia dan luar negeri, antara lain: Seri Pameran "Omong Kosong 1 – 9" selama April - September 2005 di Ark Gallery; Seri Pameran “The Past – The Forgotten Time” selama Juni – November 2006 di Ark Gallery; Seri Pameran “BOCOR” selama Juni 2007 – January 2008 di Ark Gallery; Kurator untuk seniman Indonesia dalam "BITMAP Digital Photography Projects" di, LOOP, Korea Selatan (2006); “Going Digital” di the Kirk Theater, Utrecht, Belanda (2006); Pameran Tunggal Titarubi, “Herstory”, di Bentara Budaya Jakarta (2007);  “The Past The Forgotten Time” bersama Mella Jaarsma, di Den Haag, Amsterdam, Jakarta, Yogyakarta, Shanghai, dan Semarang (2006 – 2007); "Manifesto of the New Aesthetics: Seven Artists from Indonesia" di Institute of Contemporary Arts, LASALLE College of the Arts, Singapore (2010);  Biennale Jogja XI (2011); Art Dubai’s 2012 Indonesian focused Marker Program; dan Co-Artistic Director of ROUNDTABLE: The 9th Gwangju Biennale, Korea Selatan (2012).

Menurut Alia, pekerjaan menjadi kurator memerlukan proses yang cukup panjang. Mulai dari sesi pertemuan langsung dengan kurator dan seniman senior untuk mendapat info yang akurat, mencari sponsor, mengorganisasi, bahkan terkadang juga hingga mengepel ruang display sebelum pameran dimulai. Citra kurator sebagai sebuah pekerjaan yang mewah dan glamor adalah hasil dari proses kerja yang panjang tersebut. Dalam melakukan pekerjaannya, kurator dipandang juga perlu melihat karya seni dari prespektif seniman. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kurator juga terlibat dalam proses, bukan hanya sekedar menyusun. Misalnya ketika mengerjakan proyek seniman yang berhubungan dengan pertanian, maka Alia akan turut serta dengan seniman ke tempat pertanian. Menurutnya setiap seniman memiliki prespektif yang unik dalam memandang sebuah masalah. Hal tersebut adalah salah satu yang kemudian membuat Alia begitu menyukai dunia seni rupa.

(profil ini ditulis pada November 2016)

sumber:

http://www.austroindonesianartsprogram.org/blog/facade-faith-text-alia-swastika-curator-biennale-jogja-xi

http://www.apollo-magazine.com/alia-swastika/

http://www.whiteboardjournal.com/interview/23384/seni-kontemporer-bersama-alia-swastika/

 

JUDUL TAHUN PEMBUATAN
Tidak ada data