ivaa-online.org
PELAKU SENI

I Gusti Nyoman Lempad

Tidak diketahui dengan pasti kapan Lempad dilahirkan, tetapi banyak sumber mengatakan anak ketiga dari empat bersaudara ini dilahirkan tahun 1862. Lempad tidak bisa membaca, karena ia tidak berekolah secara formal, namun ia bisa menulis namanya di atas lukisannya dengan mencontoh. Bapaknya seorang pengukir, tetapi dari seorang Brahmin yang hidup di Puri, Lempad mendapatkan kemampuannnya. Brahmin ini menguasai berbagai bidang, seperti: perancang bangunan, pemahat, pelukis dan ahli dalam peraturan adat. Darinya Lempad belajar segalanya tentang tarian, agama dan masyarakat. Lempad menguasai - selain melukis - juga memahat, mematung dan menukang (undagi). Lempad bertemu Walter Spies ketika berusia 40 tahun, saat ia membantu Walter Spies membangun rumahnya di Campuhan, Ubud. Dari Spies, Lempad belajar teknik modern dalam melukis. Ia mengembangkan lukisan wayang dengan  mengambil tema Ramayana dan Mahabharata yang diolah melalui berbagai material, seperti: kayu, kertas, pensil atau tinta Cina.

 

Lempad merupakan salah satu orang yang aktif dalam pembentukan Pita Maha, suatu organisasi seni yang didirikan oleh Tjokorde Gde Agung Sukawati, Walter Spies, dan Rudolf Bonnet di tahun 1935. Organisasi ini telah dipimpin oleh Spies dan sejumlah seniman Bali hingga tahun 1950-an. Pita Maha memperkenalkan gaya lukisan barat kepada seniman muda Bali dan memperkenalkan karya mereka kepada pengunjung dari luar negeri, melalui pameran yang digelar di dalam maupun di luar negeri. Lempad mendapatkan penghargaan dari pemerintah Republik Indonesia pada HUT RI ke-25. Penghargaan yang lain adalah Hadiah Udayana [(1975), dan penghargaan Dharma Kusuma (1982). Lempad beserta karya-karyanya juga didokumentasikan dalam film oleh Lome Blair dan Yohanes Darling yang bekerja sama dengan televisi Australia. Film Dokumenter mengenai Lempad itu menerima penghargaan sebagai film dokumenter  terbaik dalam festival film Asia yang ke-26 di Yogyakarta (1980). Nama Lempad juga dijadikan sebagai sebutan gelar penghargaan yang dianugerahkan oleh Sanggar Dewata Indonesia, yaitu: Lempad Prize. Penghargaan tersebut diberikan kepada seseorang yang concern atas kesenian Bali. Karya-karya Lempad  tersebar di berbagai tempat, misalnya: dirumahnya, Puri Ubud, Neka Museum Ubud, Pusat Seni Denpasar, Tropen Musium (Amsterdam), Rijkmuseum voor Volkenkunde (Leiden), Musium fur Volkenkunda Basel (Jerman). Lempad meninggal dunia pada 25 April 1978, diusia 116 tahun.

JUDUL TAHUN PEMBUATAN
Tidak ada data