ivaa-online.org

Mikke Susanto

Mikke Susanto lahir pada 22 Oktober 1973 di Jember, Jawa Timur. Selama 1993-1998, Mikke menjalani pendidikan seni di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, dan di tahun 2010, Mikke mulai menjalani Program Pasca-sarjana Pengkajian Pertunjukan & Seni Rupa di UGM. Selama 1999-2004, Mikke mengajar di Akademi Seni Rupa dan Desain (AKASERI) Yogyakarta. Pada periode 1998-2000, Mikke juga menjadi staf dokumentasi di Yayasan Seni Cemeti Yogyakarta (sekarang IVAA). Kemudian sejak 2004, Mike menjadi staff pengajar di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Mikke sempat menjadi kurator di Jogja Gallery selama periode 2006-2008. Kemudian sejak 2008, Mikke menjadi kurator konsultan untuk Istana Kepresidenan RI.

Hingga 2016, Mikke telah puluhan kali mengkuratori pameran seni. Aktivitas Mikke sebagai kurator independen tersebut dimulai sejak tahun 1999 ketika mengkuratori Pameran Tunggal Suharmanto “MENANTI REJEKI, Refleksi Kreatif Suharmanto”. Beberapa pameran lainnya yang dikuratori Mikke antara lain: “Tubuh Di Sebelah Kita” di Benteng Vredeburg Yogyakarta (2001); “There is still life in Java” - bersama kuss Indarto di Expatri-art Gallery, Jakarta (2002); “Sorak-Sorai Identitas” dan “Borobudur Agitatif” di Galeri Langgeng, Magelang (2003); “In Between: Perupa dalam Rotasi Media” di Andi’s Gallery Jakarta (2003); “Realis(me) Banal” di Gracia Art Gallery Surabaya (2005); “ICON: Retrospective” di Jogja Gallery (2006); “200 th Raden Saleh: ILUSI-ILUSI NASIONALISME” di Jogja Gallery (2007); “Post-Kaligrafi: KALAM & PERADABAN” di Jogja Gallery (2007); “Semar Nggambar Semar - Pameran Tunggal Sujiwo Tejo" di Jogja Gallery (2008);  “BASOEKI ABDULLAH: Fakta & Fiksi” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta (2009); “Art for Our Life” di Raday Gallery Budapest & Kiszinagoga Contemporary Art Gallery Eger, Hongaria (2010); "Lanskap Negeri: Gunung dan Sawah sebagai Simbol” di Museum Basoeki Abdullah Jakarta (2011); dan “Goresan Juang Kemerdekaan: Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia” - bersama Rizki Zaelani, di Galeri Nasional Indonesia (2016).

Menurut Mikke, seorang kurator harus selalu menambah wawasan kuratorialnya, antara lain dengan membaca berbagai buku, menulis artikel, serta berdiskusi. Selain itu kurator juga harus pandai dalam berperan sebagai sejarahwan, humas, jurnalis, serta organisator. Kurator harus mampu mengkritisi karya dan memiliki ide baru agar karya perupa yang dikuratori menjadi lebih menarik dan dapat diterima oleh publik.

(profil ini ditulis pada November 2016)

sumber:

http://mikkesusanto.jogjanews.com/biodata-mikke-susanto.html

http://kabarkampus.com/2011/12/galeri-kampus-harus-tanggap-persoalan-seni/

https://deikadeiko.wordpress.com/2015/10/26/135/

http://news.detik.com/berita/3265369/5-lukisan-ikonik-koleksi-istana-yang-langka-dan-sejarahnya

https://m.tempo.co/read/news/2016/07/26/078790465/begini-cara-kurator-seleksi-28-lukisan-istana-untuk-pameran

http://kbr.id/08-2016/pameran_lukisan_koleksi_istana__kurator__saya_merasa_jadi_orang_paling_kaya_/84200.html

 

JUDUL TAHUN PEMBUATAN
Tidak ada data