ivaa-online.org
PELAKU SENI

Wimo Ambala Bayang

Wimo Ambala Bayang lahir pada 14 Oktober 1976, di Magelang. Pendidikan seni yang diterima Wimo adalah pada Interior Design di Modern School of Design Yogyakarta (1995 - 1996) dan Jurusan Fotografi di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta (1996 - 2006). Wimo kemudian juga mengikuti beberapa residensi, antara lain di Ruang Rupa, Jakarta, (2004);  di Lijiang Studio, Yunan, Cina (2005); "Short Wave" di Indramayu, oleh Cemeti Art Foundation (2006); "Landing Soon #7" oleh Cemeti Art House Yogyakarta (2008); "Heden kunst van nu" di Den Haag, Belanda (2009); dan "South Project/ Monash" di Melbourne, Australia (2009). Di tahun 2002, Wimo bersama beberapa seniman lain mendirikan "Ruang MES 56", sebuah badan non-profit yang terfokus pada kegiatan fotografi.

Di tahun 1999, Wimo pertama kali mengadakan pameran tunggal, dengan judul "Revolusi #9" di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta. Pameran tunggal Wimo berikutnya antara lain : "Select All" di Ruang Mes 56, Yogyakarta (2003); "Wimo Film and Video Festival" di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta (2009); "Not So High (Heels)" di d' Gallerie, Jakarta (2010); "Ka’bah" di Ark Gallerie, Jakarta dan pada Art Dubai di Dubai (2012); "You See Half, You Get Half" di Ark Gallerie, Jakarta (2012); dan "THIS IS NOT THAT" di Ruang Mes 56, Yogyakarta (2013). Karya Wimo mulai dipamerkan dalam berbagai pameran bersama pada tahun 2000, yaitu dalam: "Young Artist 2000" di Purna Budaya, Yogyakarta; "I Spy With My Little Eye Or Manipulatable Truth - workshop with Anja De Jong" di Erasmus Huis, Jakarta; "Silent Chapter" di Sika Contemporary Art Gallery, Ubud, Bali; dan "Art Photography" di Museum Negeri Denpasar, Bali.

Wimo telah menerima penghargaan di bidang seni, yaitu "The Best Black and White Photo Print" (1997) dan "The Best Art Photography" (1998) dari ISI Yogyakarta.

Wimo menghasilkan karya berupa fotografi dan video-art. Dalam pameran tunggalnya yang berjudul "You See Half, You Get Half", Wimo menunjukan karyanya dengan obyek utama berupa batu. Dalam seri natural dan artificial, Wimo meletakkan batu buatan dalam ruang lingkup batu-batu yang asli. Menurut Alia Swastika sebagai kurator, batu yang digunakan Wimo sebagai obyek memiliki batas alamiah dan buatannya telah dikaburkan. Hal tersebut kemudian menghasilkan ilusi terhadap makna batu itu sendiri, baik yang buatan maupun alami.

(profil ini ditulis pada Agustus 2016)

sumber:

http://arkgalerie.com/pdf/12/Wimo%20Ambala%20Bayang%20-%20You%20See%20Half%20You%20Get%20Half%20-%20Ark%20Gallerie.pdf

http://wimoambalabayang.com/

JUDUL TAHUN PEMBUATAN
Tidak ada data