Deskripsi |
: |
Diskusi ini merupakan salah satu rangkaian penyelenggaraan Biennale Jogja VIII 2005. Menghadirkan Alia Swastika selaku anggota divisi diskusi Biennale sekaligus sebagai moderator dan Lono Simatupang sebagai pembicara. Diskusi ini berangkat dari pandangan masyarakat atas penyelenggaraan Biennale Jogja VIII yang banyak memanfaatkan bangunan heritage dan ruang publik lainnya. Alia menyebutkan bahwa penyelenggaraan Biennale VIII mendapatkan apresiasi yang baik dari kalangan masyarakat luas. Penggunaan beberapa tempat bersejarah menarik perhatian dari berbagai pengamat seni dan kalangan masyarakat Yogyakarta hingga mancanegara. Namun, penggunaan ruang-ruang publik sebagai ruang pameran sempat mendapat kritikan dari beberapa seniman di luar Yogyakarta. Sebab, beberapa seniman menyayangkan beberapa ruang pamer tidak sesuai untuk menampilkan karya seninya. Hal ini menimbulkan stigma bagi kurator yang dilibatkan karena tidak dapat menjembatani harapan para senimannya. Hingga akhirnya muncul anggapan adanya kediktatoran kurator dalam penyelenggaraan Biennale VIII ini. Selain itu, kritikan lain juga muncul dan mengarah pada gagasan dan wacana yang dibangun Biennale VIII. Banyak wacana yang dibangun tidak tersampaikan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat awam yang sulit memahami catatan kurator yang banyak mengandung teori dan hanya dikenal kalangan pengamat seni. Menanggapi hal ini, Lono Simatupang menjelaskan bahwa peran kritikus dan kurator sangat dibutuhkan untuk menyampaikan gagasan dari karya seniman ke masyarakat luas. Baginya, seorang seniman bertindak sebagai suplai gagasan melalui karyanya yang kemudian menjadi bahan para kritikus, dan setelah itu diterjemahkan kurator untuk disampaikan ke masyarakat. Namun, Alia melihat bahwa saat itu fungsi kritikus seni tidak berjalan karena banyak kritikus yang lebih memilih menjadi seorang kurator. Akibatnya minim sekali kritik terhadap gagasan sebuah karya yang sesuai dengan realitas yang ada. Di sisi lain, Alia mengharapkan adanya peran masyarakat awam untuk ikut mengkritisi sebuah karya. Ia beranggapan bahwa dari pandangan masyarakat awam inilah akan muncul pandangan baru yang sering tidak ditemukan dalam sebuah catatan kuratorial. (AM2)
Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org
|
|