ivaa-online.org

Setu Legi

Hestu Setu Legi lahir pada 4 Januari 1971 di Yogyakarta. Selama 1992-2000, Setu mendapat pendidikan seni di Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Di tahun 1998, Setu menjadi salah satu pendiri Lembaga Kebudayaan Kerakyatan Taring Padi Yogyakarta. Ia kemudian juga menjadi salah satu pendiri Jogja InterKultur pada tahun 2012. Setu telah mengikuti beberapa residensi, antara lain: “Australian Cultural Residency Program” di Australia (2002); "Graphic Work by Taring Padi" di Indonesia House, Amsterdam, Belanda, dan Pasar Malam, di Perancis (2003); "Project 'Social Realities'" di  Dresden, Jerman (2005); dan "ID – Contemporary Art from Indonesia" di Berlin, Jerman (2011).

Di tahun 1992, karya Setu pertama kali mengikuti pameran bersama dalam “Forum Dinamika” di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Karya Setu pertama kali melakukan pameran tunggal pada tahun 2003, berjudul "Achtung!" di Ruang Mes 56, Yogyakarta. Dalam pameran tersebut, Setu memamerkan karyanya yang berupa art-photography. Pameran tunggal Setu yang lainnya antara lain: "Black Lights" di Parkir Space, Yogyakarta (2005); "Social Realities" di Dresden, Jerman (2005); "Are you ready?" di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta (2008); dan "Tanah Air" di ARK Galerie, Yogyakarta (2014). Pada awalnya Setu menghasilkan karya berupa fotografi, namun dalam perkembangannya Setu pada juga membuat karya berupa benda tiga dimensi dan instalasi.

Setu dikenal memiliki karya yang mengangkat tema sosial dan lingkungan hidup. Ia juga mengangkat tema tersebut dalam pameran tunggalnya yang berjudul "Tanah Air". Salah satu karya utama dalam pameran tersebut adalah lukisan berukuran 6 X 12 meter, yang merupakan gabungan antara mural pada dinding dengan lukisan diatas kanvas. Pada karya tersebut tertulis "Gemah Ripah Loh Jinawi" dan "Tata Tentrem Karto Raharjo." Di sekitar tulisan itu terdapat sebuah jalan raya yang dipenuhi dengan tengkorak manusia. Setu menggunakan tanah yang dicampur dengan air dan lem kayu dalam karya tersebut, sehingga mempertegas relasi antara medium, konten, dan narasi karya. Menurut Alia Swastika sebagai kurator, Setu melalui karyanya tersebut menggambarkan situasi ironi dan kontradiksi untuk mencapai impian atau situasi ideal.

(profil ini ditulis pada Agustus 2015)

sumber:

https://forumceblangceblung.files.wordpress.com/2015/04/setu-legi-profile.pdf

Katalog "Tanah Air" (702 Leg T)