,,Seniman bukan menjadi penterjemah, melainkan penafsiran yang kreatif dari masyarakat menuju kepada keselarasan" demikian diharapkan oleh Dr. Umar Khayam di dalam ceramahnya yang berjudul ,,Perkembangan Seni Rupa dan Perananannya dalam Kebudayaan Lingkungan" di depan para mahasiswa Fakultas Sasdaya Universitas Sebelas Maret, para dosen, dan undangan lainnya di Aula Kampus Jalan Urip Sumoharjo 122 Surakarta 20 Desember yang lalu.

Pada awal ceramahnya dikemukakannya sejarah pertumbuhan Seni Rupa (SR) dari jaman dahulu, jaman ketika kita masih merupakan masyarakat tani utuh, animistis, dan menjadi penyembah nenek moyang, SR di samping teater, kesusasteraan, seni tari, semuanya merupakan bagian yang tak terpisahkan sebagai suatu keutuhan. SR, misalnya di Batak, tidak dapat dipisahkan dari ritus (upacara keagamaan/kepercayaan). Ia merupakan bagian pentingsekali di dalam masyarakat.

(Paragraf pertama dan kedua)