ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Menebak Postmodernisme dan Terpeleset

Tanggal Publikasi : 26 Desember 1993
Deskripsi :

Dalam tulisannya, Jim Supangkat menyoroti berbagai kritik yang mempersoalkan wacana posmodern pada Biennale Seni Rupa Jakarta IX tahun 1993. Pada pameran tersebut, dipajang karya 39 perupa muda dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Bali. Jim Supangkat menyayangkan kritik yang bergaung tersebut dan menyebutnya tidak didasari pemahaman yang tepat mengenai wacana posmodern. Jim Supangkat yang juga merupakan salah satu anggota Dewan Kurator dalam Biennale Seni Rupa Jakarta IX, berusaha meluruskan kritik ia sebut hanya berdasar rekaan semata. Menurutnya, jika dilihat dari pemahaman awam, maka posmodernisme sering kali menjebak dan memancing penafsiran yang terbalik. Sangatlah fatal apabila menganggap posmodernisme sebagai perkembangan linier modernisme dan mengartikannya sebagai ultramodern. Berbagai aspek pemikiran dalam posmodernisme justru memperlihatkan gejala sebaliknya.
Jim Supangkat berpendapat bahwa dalam perkembangan seni rupa dunia, internasionalismelah yang membuka permasalahan posmodernisme pada tahun 1960-an. Bahkan masih terus memancing perdebatan. Internasionalisme baru yang melahirkan perbedaan perkembangan dan identitas budaya diyakini merupakan bagian dari seni rupa kontemporer. Jim Supangkat menyebut seni rupa kontemporer Indonesia era 80 adalah seni rupa yang tumbuh di tengah kondisi posmodern. Beberapa karya perupa seperti Heri Dono, Dadang Christanto, Semsar Siahaan, dan F.X. Harsono telah teruji di dalam forum-forum internasional. Karya para perupa tersebut menunjukkan gejala posmodern. Di forum internasional, karya para perupa tersebut diakui. Justru di negerinya sendiri, kata Jim Supangkat, pengkritik posmo sering melecehkan karya-karya para perupa tersebut.
Lebih lanjut, Jim Supangkat menguraikan bahwa perkembangan seni rupa kontemporer era 80-an, dilatarbelakangi pertentangan terhadap modernisme jauh sebelum isu posmodernisme meluas. Lahirnya Gerakan Seni Rupa Baru yang dikawal Sanento Yuliman, ia sebut menentang pengaruh modernisme di Indonesia dan prinsip-prinsip modernisme internasional. Hal tersebut merupakan salah satu gejala dalam rangkaian seni rupa pemberontakan pada tahun 1970-an. Jim Supangkat mengungkapkan bahwa sudah sejak lama para seniman menyadari bingkai estetik High Art (seni yang terpaku pada cabang seni lukis dan patung) dan internasionalisme merupakan pemaksaan kebenaran, karena tidak sesuai dengan realitas yang dihadapi para seniman. (TS)

Pelaku Seni Terkait : Jim Supangkat
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait :