ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Postmodern dan Seniman Indonesia

Tanggal Publikasi : 19 Desember 1993
Deskripsi :

Dalam artikel ini, Wahono menyatakan bahwa posmodern dapat diartikan sebagai renaisans baru atas aktivitas modern yang berdampak positif dan negatif di dalam masyarakat. Renaisans baru tersebut muncul dalam bentuk pengingkaran terhadap nilai-nilai lama secara transenden. Menurut Wahono, seniman-seniman seperti Beuys, Man Ray, Max Ernst, Calder, Marinus, Boezem, Rui Sekido, Christo, dan Cleber mencoba melakukan eksperimen dan menyuguhkannya sebagai penemuan posmodern. Para seniman tersebut didukung oleh masyarakat sebagai seniman berwawasan dan memiliki latar belakang secara modern. Latar belakang para seniman tersebut meyakinkan dan tidak mampu digugat tanpa alasan yang kuat. Para seniman tersebut tumbuh di lingkungan masyarakat modern yang sempurna.

Wahono menjelaskan bahwa menurut ahli sosial-budaya Barat, lahirnya kebudayaan marginal masyarakat dunia digenjot secara cepat oleh kapitalisme dan pasar dunia. Sehingga hal tersebut menyebabkan kecenderungan moral baru yang melahirkan posmodern. Wahono juga menyinggung pasal-pasal mengenai posmodern yang dikemukakan oleh Judith Axler Turner dan Peter Drucker. Pasal-pasal mengenai posmodern tersebut tersurat dalam tulisan lepas di Titian 1985. Secara garis besar, posmodern disebut dapat memengaruhi pertumbuhan seni yang berkaitan dengan teknologi mutakhir yang dipenuhi spekulasi. Dengan demikian, alih teknologi mendorong masyarakat berspekulasi untuk menjadi populer. Wahono menyebut Judith Axel Turner dan Peter Drucker meragukan setiap kegiatan instalasi dapat disebut sebagai seni, sehingga hal itu pantas dipertimbangkan dan diperdebatkan kembali.

Dalam tulisannya, Wahono juga mempertanyakan benarkah posmodern telah melanda Jakarta? Apakah kecenderungan posmodern terlihat pada Biennale IX DKJ pada 17 Desember 1993-17 Januari 1994 yang menyuguhkan tontonan baru. Seperti yang dilakukan Semsar Siahaan pematung alumni ITB yang menggali habis-habisan tengah ruangan pameran lama TIM yang bobrok. Kemudian, Agus Joli yang ikut merentangkan kain putih dengan iringan bunyi tabuhan yang absurd di ruang yang sama. Benarkah hal tersebut dapat diartikan sebagai pengingkaran terhadap pola kesenian lama? Menurut Wahono, hal inilah yang semestinya diperbincangkan kembali dan dikaji lebih jernih. Seni modern di Indonesia masih menuai pro dan kontra, kini muncul yang disebut-sebut seni posmodern. Wahono mempertanyakan apakah hal tersebut merupakan bentuk penodaan kultural pada seni di Indonesia. (TS)

Pelaku Seni Terkait : Sri Warso Wahono
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait :