ivaa-online.org
PELAKU SENI

Antitank Project

Anti Tank Project adalah entitas lain atau alter ego dari Andrew Lumban Gaol. Seorang street artist yang menetap di Yogyakarta sejak menjadi mahasiswa Modern School of Design tahun 2005. Nama Anti-Tank sendiri berasal dari plesetan Anti-Flag, band punk rock asal Amerika yang erat dengan kultur perlawanan. Sedangkan nama Anti-Tank sendiri secara resmi baru digunakannya tahun 2008.

Kampanye perdana seniman yang gemar bersepeda (Fixed Gear) ini adalah persoalan menuntut pengusutan tuntas kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir, yang bertajuk “Menolak Lupa”. Kala itu, Anti-Tank mencetak 5 lembar poster berukuran A0 dengan teks: “Orang Benar Akan Dibunuh”. Gagasan ini bermula dari kegelisahannya bahwa di masa reformasi, setelah orde baru tumbang, masih terjadi pembunuhan berencana terhadap seorang aktivis hak asasi manusia.

Dalam wawancara yang dimuat oleh situs http://visualjalanan.org, proses pemasangan poster tersebut sempat dihalangi oleh aparat. Bahkan dirinya sempat diinterogasi petugas, diberi surat peringatan dan denda 50 ribu rupiah. Dengan berbagai siasat, akhirnya teks yang awalnya “Orang Benar Akan Dibunuh”, dirubah menjadi “Menolak Lupa”. Anti-Tank menggunakan medium poster untuk mempublikasikan karyakaryanya dalam berbagai ukuran. Poster-poster ini selalu bernada kritik sosial. Selain poster, Anti-Tank juga kerap berkarya dalam bentuk mural, stensil, stiker, hingga sablon. Bagi Anti-Tank, street-art adalah medan dan formulasi yang sangat demokratis. Pesan-pesan di dalamnya pun bisa terbuka untuk diintepretasikan dengan berbagai versi.

Tahun 2015, Anti-Tank terlibat dalam Biennale Jogja XII. Pada kesempatan ini, Anti-Tank melakukan riset beberapa kampung di Yogyakarta seperti Miliran, Gondolayu, Gadingan, dan sebagainya. Wilayah-wilayah yang mengalami fungsi lahan, baik dari perkampungan padat penduduk hingga lahan persawahan yang berubah menjadi hotel, apartemen, ataupun pusat perbelanjaan. Permasalahan perebutan lahan antara pemerintah kota, kesultanan, pemilik modal dan warga. Dengan judul Sabda Warga, Anti-Tank mempresentasikan figur-figur manusia dengan teks-teks bernada protes atas keberpihakan pemegang kuasa terhadap pemilik modal. Dalam proses penciptaannya kali ini, Anti-Tank berkolaborasi dengan gerakan “Warga Berdaya”. Gerakan kritis atas kebijakan Pemerintah yang tidak berpihak kepada warga.*