ivaa-online.org

Firman Djamil

Firman Djamil Lahir di Bone, Sulawesi Selatan,  5 Februari 1964. Di tahun 1988, Firman lulus dari Fakultas Seni Rupa IKIP Ujung Pandang. Firman kemudian melanjutkan pendidikannya di program master di ISI Yogyakarta. Karya Firman umumnya berupa patung dan instalasi dengan tema utama berupa lingkungan. Selain itu Firman juga menghasilkan karya berupa lukisan yang yang bersifat konstekstual. Seperti misalnya Firman melukis tentang nilai-nilai filsafat dari naskah kuno La Galigo.

Sejak tahun 1990 Firman mulai aktif dalam Sombaopu Studio and Gallery di Makassar. Dalam salah satu karyanya bersama Studio tersebut, Firman membungkus Benteng Sombaopu dengan kertas koran pada tahun 1998. Untuk menyelesaikan project tersebut, Firman bekerja secara kolektif dengan 150 anak jalanan. Firman mengikuti event internasional pertamanya pada tahun 1999, di Tejakula, Bali. Di sana Firman menampilkan karya dengan konsep outdoor. Friman mengolah bahan dari material yang tersedia di lokasi, yaitu batu-batu dengan 4 warna berbeda. Karyanya tersebut kemudian ditampilkan Firman dengan performance.  Firman kemudian banyak dibantu oleh Dadang Christanto sebagai penerjemah ketika mempresentasikan karyanya dalam seminar di Tejakula. Setelah event tersebut, Firman mulai sering diundang di berbagai event seni. Firman kemudian juga menjadi anggota di organisasi seni lingkungan yaitu "Artist in Nature International Network" (AiNIN) di Prancis, serta "Yatoi" adalah seni lingkungan yang berbasis di Gwangju, Korea Selatan.

Berbagai event yang pernah menampilkan karya Firman antara lain: “Festival Byron” di Australia, 2005; “MUĞLA II” d Turki, 2006; “Geumgang Nature Art Biennale” di Korea, 2004, 2006 dan 2014; “Guandu International Outdoor Sculpture Festival” di Taipei-Taiwan, 2008; “Drenthe Internationale Kunst-en natuurwandeling” di Belanda 2009; BIENNALE JOGJA X – 2009; “ChengLong Wetlands International Environmental Art Project “ di Taiwan, 2011; dan “National Museum of Marine Science and Technology in Keelung” di Taiwan, 2015. Karyanya yang berjudul “Zero Chimney” yang dipamerkan di Guangdo Taipei (2008) termasuk dalam salah satu karya dari 200 karya yang dibahas dalam buku “Sculpture Now” oleh Anna Moszynska (2013).

Pada "Biennale Jakarta 2015", Firman meunukan karyanya berupa instalasi dengan judul "Menggantung Air". Instalasi tersebut berupa seratus wadah air dari kelapa muda, yang ditopang oleh seutas kawat dan dua bilah pasak di seratus tongkat bambu yang terpancang tegak ditanah. Bentuk instalasi ini menyerupai pose orang-orang desa saat membawa air dari sumur atau sumber air. Penggunaan bambu dan kelapa, selain karena kedua tumbuhan punya daya tampung air yang tinggi, juga sebagai simbol kemakmuran dan kebudayaan masyarakat tropis. Karya Firman tersebut dinilai merupakan kritik sosial terhadap pembangunan tanpa kesadaran lingkungan, terutama kondisi air tanah di Jakarta.

(profil ini ditulis Agustus, 2016)

http://jakartabiennale.net/en/firman-djamil-2/

http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/3016

Katalog “Biennale Jakarta 2015 ‘Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang’” (702 B16/2015)

Geumgang Art Biennale 2004 (702 Rig G)