ivaa-online.org

Titarubi

Titarubi lahir pada 15 Desember 1968 di Bandung, Jawa Barat. Pada tahun 1997, Tita menyelesaikan pendidikannya di  Jurusan Seni Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain, ITB Bandung. Karya Tita pertama kali dipamerkan pada tahun 1998, dalam pameran bersama di Nikko Art Galery, Bandung. Di tahun 1995, Tita pertama kali mengadakan pameran tunggal dengan judul “Yang Kelak Retak” di Stage Cafe dan Pondok Indah Mall Jakarta. Pameran tunggal Tita selanjutnya adalah: “Se(Tubuh) Benda” di Art Space, Yogyakarta (2002); “Bayang-bayang Maha Kecil” di Cemara 6 Gallery, Jakarta (2003), Puri Art Gallery, Malang (2004), dan Kedai Kebun Forum Yogyakarta (2004); “Benih” di  Via-Via Cafe, Yogyakarta (2004); “Kisah Tanpa Narasi” di Cemeti Art House, Yogyakarta (2007); “Herstory” di Bentara Budaya Jakarta; “Surrounding David - Commission work of the National Museum of Singapore”, Singapura (2008); “Burning Boundaries” di Galerie Michael Janssen, Berlin, Jerman (2013); “Discourse of the Past” di Philo Art Space, Jakarta, Indonesia (2014); dan “Senyap” di Salian Art, Bandung (2015).  Karya Tita juga telah dipamerkan dalam berbagai pameran bersama di Asia dan Eropa, antara lain: Singapore Biennale, ZKM Center for Art and Media (Karlsruhe, Jerman), Museum and Art Gallery of the Northern Territory (Darwin, Australia), Busan Biennale Sculpture Project, dan MACRO (Museo d’Arte Contemporanea di Roma, Itali).

Karya Tita selalu menyinggung persoalan kemanusiaan, terutama dalam sejarah perkembangan negeri ini. Tita kembali mengangkat tema tersebut dalam pameran tunggalnya “Senyap”. Dalam pameran tersebut, Tita menampilkan sejumlah karya dari pameran tunggalnya “Discourse of the Past” dan disertai dengan sejumlah karya baru. Salah satu karya yang dipamerkan dari pameran “Discourse of the Past” adalah dua buah patung berbentuk jubah, yang terbuat dari buah pala yang disepuh emas murni. Menurut Rifandy Priatna sebagai kurator “Senyap”, hal tersebut menggambarkan bagaimana penjelajahan bangsa eropa untuk mencari pala, yang akhirnya mengakibatkan naiknya nilai komoditas tersebut hingga melebihi nilai manusia serta kemanusiaan itu sendiri. Sedangkan sejumlah karya baru yang hadir pada pameran ini merupakan serangkaian gambar dengan menggunakan media arang di atas kanvas. Rangkaian karya dalam keseluruhan pameran “Senyap” dinilai Rifandy adalah untuk mewakili proses perjalanan Titarubi sebagai seorang manusia dalam menjelajahi makna kemanusiaan.

(profil ini ditulis pada Agustus 2016)

Sumber:

http://www.galeriemichaeljanssen.de/titarubi

http://www.thejakartapost.com/news/2014/04/10/titarubi-a-journey-experience-knowledge.html