ivaa-online.org

Ugo Untoro

Ugo Untoro lahir pada 28 Juni 1970 di Purbalingga, Jawa Tengah. Selama tahun 1988-1996, Ugo mendapat pendidikan seni di Institut Seni Yogyakarta. Awalnya ia berkarya melalui lukisan, tapi kemudian Ugo juga membuat karya seni berupa benda tiga dimensi, instalasi dan video-art. Karya Ugo sudah dipamerkan dalam beberapa pameran bersama sejak tahun 1988. Selama 1988-1994, karya Ugo dipamerkan pada: "Young Painter Artist of Yogyakarta Exhibition" di Yogyakarta; "The Jakarta International Fine Art Exhibition" di Jakarta; "Festival Kesenian Yogyakarta (FKY)" di Yogyakarta; "Solidaritas Seni Sono" di Yogyakarta; dan "ISI Gallery" di ISI, Yogyakarta. Pameran tunggal Ugo pertama kali terselenggara pada tahun 1995, dengan judul "Corat-Coret" di Bentara Budaya Yogyakarta. Pada tahun 1998, karya Ugo pertama kali dipamerkan di luar negeri pada "The International of Exhibition of Philip Morris Competition" di Opera House Hanoi, Vietnam. Karya Ugo kemudian juga dipamerkan di berbagai negara, seperti Amerika, Cina, Perancis, Singapura, Malaysia, Italia, Korea Selatan,  Australia, Jerman, Lichstenstein dan Jepang.

Ugo Untoro telah mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain: "The Juror Attention" pada Philip Morris Award, Jakarta (1994); Finalis pada "Philip Morris Competition" di Hanoi, Vietnam (1998); "The Best 5 Finalist of Philips Morris Award" Jakarta (1998); "The Best Artist and Work" pada Quota Exhibition di National Gallery, Jakarta, oleh LAnggeng Gallery (2007); dan "Man of The Year 2007" oleh Majalah Tempo.

Pada tahun 2013, Ugo mengadakan pameran berjudul "Melupa" di Ark Galerie, Yogyakarta. Pada pameran tersebut Ugo memamerkan 22 karya berupa tulisan tangannya pada berbagai media, seperti kanvas, kardus, pinggiran buku, meteran, karton, triplek, kayu, selotip dan rokok. Tulisan yang dibuatnya menceritakan berbagai macam hal. Salah satunya dalam karyanya berjudul "Minus", yang ditulis diatas papan kayu, menceritakan tentang kisah sebuah keutuhan yang diceritakan seseorang yang jari kelingkingnya diamputasi. Menurut Alia Swastika, kurator pameran tersebut, yang membuat karya Ugo Untoro di pameran ini berbeda dengan seniman tekstual yang lain adalah penghilangan kekuatan estetik dalam sebuah lukisan. Ugo dilihat tidak ingin memberikan kesan keindahan dalam karya-karyanya, sehingga Ugo terkesan hanya ingin menulis dalam karyanya.

(profil ini ditulis pada Agustus 2016)

sumber:

http://ugountoro.com/

http://www.arkgalerie.com/pdf/24/Catalog%20%20Ugo%20Untoro%20%20ARK%20GALERIE%20small%20size.pdf

http://jogjanews.com/pameran-tunggal-melupaugo-untoro-mendobrak-artistik-seni-rupa