Kereta ekonomi adalah pilihan ekonomis bagi sebagian besar warga Jakarta. Jika tak penuh sesak, para penumpang di sana sudah sangat lelah setelah bekerja seharian. Namun di Kereta Ekonomi Tanah Abang-Serpong, pada pagi dan malam hari, ada sekelompok pengamen bernama Laapa’ze (Lagu Apa Aze) yang datang membawa keceriaan. Mereka membawakan berbagai lagu, menyanyi dengan ceria dan sepenuh hati. Kehadiran mereka selalu menghibur penumpang, termasuk Enrico Halim sendiri yang sering naik kereta itu. Ia lalu terpikir untuk bekerjasama dengan mereka. Bagaimana jika mereka tak hanya menghibur penumpang, namun juga bisa membuat penumpang mengekspresikan diri? “Mari menggambar apa saja, ekspresikan diri melalui gambar setelah lelah bekerja seharian, bersama iringan musik dari Laapa’ze.”, itulah yang dilakukan Enrico. Ia mengajak Laapa’ze bekerjasama. Sesuai dengan rute mengamen semula, selama tiga malam Laapa’ze tak hanya mengamen, namun membagikan kertas gambar dan spidol kepada penumpang. Para penumpang, walau awalnya bingung dan canggung akhirnya menggambar juga, dan hasilnya macam-macam. Dari gambar pemandangan karena bosan melihat berita perang Israel-Palestina, sampai gambar soal kebiasaan orang merokok di kereta. Penumpang yang semula hanya sibuk dengan pikiran masing-masing, jadi saling berkomentar tentang gambar mereka, dan saling mengobrol setelahnya. Terjadi ekspresi dalam bentuk gambar dan tercipta interaksi dalam ruang kereta yang selama ini hanya menjadi tempat sementara bagi penumpang—hal yang menjadi tujuan utama Enrico. Hasil-hasil gambar itu kemudian dipamerkan di Stasiun Tanah Abang, dengan pembukaan yang kembali dimeriahkan oleh Laapa’ze serta sumbangan pertunjukan dari beberapa penumpang yang pernah menggambar bersama. Semua informasi tentang acara ini, juga koleksi gambar para penumpang, bisa dilihat di www.marimenggambar.blogspot.com.

(Karya ini merupakan bagian dari Jakarta Biennale XIII 2009 "Arena" - Lokakarya Situs Spesifik)