Wakidi lahir di Plaju, Palembang, Sumatra Selatan, sekitar tahun 1889. Orang tuanya orang Jawa yang berasal dari Semarang, kemudian mereka bekerja di Plaju, Sumatra. Sejak kecil Wakidi senang melukis dan semakin berkembang bakatnya itu ketika tahun 1903 Wakidi bersekolah di Kweekschool (sering disebut Sekolah Raja - sekolah guru) Bukit Tinggi. Di sekolah ini Wakidi mulai serius belajar melukis dengan bimbingan guru, terutama ia melukis tema-tema pemandangan alam, seperti: ngarai, sawah, gunung, dan sungai. Wakidi lulus tahun 1908 dan mulai mengajar di sana. Ia juga mengajar di INS Kayu Tanam pada tahun 1940-an dan sejak kemerdekaan tahun 1949 ia mengajar di sekolah menengah di Bukit Tinggi.
Sesudah lulus sekolah, Wakidi pernah dikirim ke Semarang untuk belajar melukis oleh seorang seniman Belanda, yaitu Van Dijk. Pada masa ini, Wakidi telah menjadi ahli pelukis pemandangan yang mahir. Ia dikenal sebagai pelukis dengan tema-tema tentang panorama dan kehidupan Sumatera Barat. Di kancah nasional perkembangan seni rupa modern Indonesia, Wakidi semasa dengan pelukis Abdullah Suriosubrata dan Mas Pirngadi. Kelak mereka bertiga sering disebut sebagai pelukis Mooi Indie. Selama hidup Wakidi, ia mengajar banyak murid, walaupun sedikit yang telah mengikuti gaya naturalistisnya. Ia melanjutkan mengajar seni di Bukit Tinggi pada akhir 1950-an serta terus melukis sepanjang hidupnya. Ia tinggal berjauhan dari arus utama kehidupan seni rupa di Jawa. Namun, sebagai guru, Wakidi pernah menjadi pengajar dari banyak tokoh dari Sumatera, diantaranya: tokoh nasional Mohammad Hatta dan Jendral A.H. Nasution. Wakidi menerima Anugerah Seni Republik Indonesia tahun 1983. Ia meninggal di Padang (Sumatera Barat) tahun 1983.