ivaa-online.org

Medayu Agung

Menyebut Medayu Agung, kita akan mengunjungi perpustakaan yang unik dan ditangani secara khusus. Walaupun masuk kategori perpustakaan umum, pengelolaannya spesifik. Perpustakaan ini dikelola langsung oleh pendirinya Oei Hiem Hwie atau lebih populer dipanggil Pak Wi. Pak Wi saat muda bekerja sebagai seorang wartawan/ jurnalis di harian Terompet Masjarakat. Saat menjadi wartawan Pak Wi dikenal sebagai sosok yang mengagumi Presiden Soekarno. Ia bahkan sangat fokus meliput dan memberitakan semua sepak terjang Soekarno. 

Dalam satu kesempatan ia mendapatkan tugas untuk mewawancarai Soekarno. Pak presiden dikenal sebagai orang yang disiplin. Dia menetapkan aturan untuk wartawan agar memakai baju yang rapi. Namun, kekagumannya atas Soekarno itu mengundang kepiluan. Pak Wi harus menjadi tahanan politik ketika Soeharto memegang kekuasaan. Kekagumannya atas Soekarno membuatnya harus ditahan di Nusa Kambangan dan setahun kemudian di Pulau Buru. Saat berada di Pulau Buru, Pak Wi bertemu dengan Pramoedya Ananta Toer. Ia dititipi naskah asli karya-karya Pram selama ditahan dan diisolasi. Untuk mengelabui pemeriksaan petugas, naskah disimpan di tas baju kotor miliknya. Naskah tersebut selanjutnya coba dikembalikan Pak Wi ke Jakarta. Namun Pram hanya menduplikasinya dan memberikan naskah aslinya kepada Pak Wi. 

Setelah bebas dari penjara Pak Wi kemudian pindah ke Surabaya dan mendirikan perpustakaan Medayu Agung. Koleksi dari perpustakaan ini terdiri dari pustaka yang berkaitan dengan sejarah atau politik. Mulai dari buku-buku tua, kliping koran, hingga majalah lama. Namun dari banyaknya koleksi di sini, yang menjadi ikon yaitu karena koleksinya banyak berkaitan dengan Soekarno dan Pram, baik itu buku atau artefak-artefak. 

Selain itu ada juga koleksi buku-buku terkenal yang jumlahnya sangat terbatas dalam konteks global, di antaranya “Mein Kampf” edisi asli tulisan Adolf Hitler dan “Geschiedenis van Nederlandsch Indie” tulisan Godee Molsbergen. Koleksi kliping koran juga begitu banyak jumlahnya hingga perlu dua lantai penyimpanan. Mulai dari Kompas, Jawa Pos, Surya hingga Surabaya Post dan majalah-majalah. Silica dan cengkeh dipakai untuk mengatasi masalah jamur dan serangga.

Untuk bisa membaca dan melihat koleksi-koleksi itu, pengunjung tidak dipungut biaya sama sekali. Namun, Medayu Agung begitu terbuka atas donasi dari publik untuk mendukung pengelolaan koleksi.

JUDUL TAHUN PEMBUATAN
Tidak ada data