PERISTIWA SENI
Tanggal Penyelenggaraan | : |
10 Aug 2016@Cemeti Institue for Art and Society |
Kategori Peristiwa | : | Diskusi |
Deskripsi | : |
Proyek seni ini dinamai “Kolektif Kolegial” –secara bebas bisa diartikan “kerja sama, sama-sama kerja” –yang mempertemukan antara seorang peneliti (Arham Rahman) dan empat orang seniman (Agan Harahap, Muhammad Akbar, Maharani Mancanagara, dan Redi Murti) dalam sebuah kerja kolaborasi. Dalam sebuah proyek seni, selalu ada kesan bahwa kolaborator seniman – entah itu kurator, manajer, peneliti, atau apapun sebutannya – seringkali dianggap sebagai “software” proyek yang merumuskan konsep untuk kemudian direspon oleh seniman. Proyek seni ‘Kolektif Kolegial’ ini berupaya untuk mencari berbagai macam bentuk dialog dan hubungan kerjasama antar seniman, peneliti dan organisasi penyelenggara. Berdiskusi tentang kegelisahan dan praktik yang selama ini dikerjakan; isu, metode kerja, karya, dll. Diskusi Pameran Kolektif Kolegia yang belangsung 10 Agustus 2016 di Cemeti Art House, Yogyakarta. Diskusi Riset Artistik dalam Pameran Kolektif Kolegial (2016) di Rumah Seni Cemeti, membahas perhelatan seni yang menggunakan riset sebagai bagian dari metode kerjanya. Baik yang dilakukan oleh institusi, kolektif, komunitas, dan ruang seni. Riset artistik Kolektif Kolegial ini berupaya untuk mencari berbagai macam bentuk dialog dan hubungan kerja sama antar seniman, peneliti, dan organisasi. Banyak yang memosisikan riset sebagai bagian dari kerja kolaboratif yang dilakukan, baik oleh seniman bersama dengan kurator dan penelitinya dalam isu atau tema tertentu. Pameran atau proyek seni berbasis riset, mensyaratkan adanya kerja-kerja penelitian agar para seniman bisa menerjemahkan gagasan mereka dalam bahasa karya. Dialog antara seniman-peneliti menjadi penting dalam proses kolaborasi. Dialog bukan hanya untuk bertukar informasi, melainkan juga membuka kemungkinan untuk saling mengintervensi, baik peneliti kepada seniman maupun sebaliknya. Selama pelaksanaan penelitian tertentu, pengalaman artistik dapat terjadi pada waktu yang berbeda, dan terdapat kepentingan yang bervariasi. Mulai dari sini ada fase di mana penelitian dapat menjadi penelitian artistik. Pertama, dalam metodenya, seperti mencari, mengarsipkan, mengumpulkan, menafsirkan dan menjelaskan, membuat model, bereksperimen, dan mengintervensi. Kedua, motivasi, inspirasi, refleksi, dan rumusan pertanyaan penelitian yang mendasarinya. Selain itu juga perlu dinilai pelaksanaan dan evaluasi penelitian. Urutan ini penting untuk menghindari jatuh ke dalam batasan normatif dalam penelitian artistik. Beberapa seniman yang terlibat dalam diskusi ini, berpendapat bahwa merasa perlu menggunakan riset artistik untuk membongkar kemapanan selera artistiknya. Riset artistik menjadi penting untuk seniman supaya terus-menerus membongkar teknik visualnya dan dinamika penciptaannya menjadi hidup, tidak mati terjebak pada yang melulu ikonik. Seni tanpa riset, seperti halnya sains tanpa riset, tidak memiliki fondasi yang kuat. (KM) |
Karya Seni Terkait | : | |
Pelaku Seni Terkait | : |
Judul Dokumen | Tahun Terbit |
---|---|
Dokumentasi Video: Diskusi Kolektif Kolegial
Rekaman Video |
2016 |