PERISTIWA SENI
Tanggal Penyelenggaraan | : |
23 Apr 2001@IVAA |
Kategori Peristiwa | : | Lain-lain |
Deskripsi | : |
Diskusi memaparkan dua tulisan dari Djudjur dan Mikke, mengenai perspektif dan tantangan dalam perkembangan kritik seni. Djudjur mengulas diskusi di seri sebelumnya sering kali para pemakalah sudah mendemonstrasikan sekian perspektifnya sendiri-sendiri, tetapi yang hadir di antaranya sering kali tidak ditarik untuk mencoba rumusan kritik seni yang lebih produktif, yakni mengundang orang menulis lebih jauh, sehingga wacana mengenai kritik seni lebih bergairah. Djudjur menyebut basis sosial dan legitimasi seni rupa tidak terlalu luas. Tidak seperti agama atau tradisi yang punya kekuatan hidup lebih panjang. Oleh karena itu dibutuhkan tawar-menawar antara medan seni dengan medan lain agar perspektif kritiknya terkontekstualisasi dengan praktik seni di sekitarnya. Selain itu, Djudjur juga memandang perlunya pelembagaan dari kritik yang sudah ada agar terjadi perkembangan wacana di Indonesia, sekaligus untuk menelisik wacana di tingkat internasional. Sementara itu, Mikke mengungkap beberapa sumber yang dimaksudkan sebagai pangkal persoalan dalam perkembangan kritik seni. Sumber permasalahan tersebut adalah: 1) karakter kritik belum kokoh, utamanya soal pendekatan yang diambil sebagai landasan melakukan kritik; 2) apresiasi terhadap kritik belum tampak karena sasaran belum jelas, misalnya kritik ditujukan kepada seniman, penikmat, atau kolektor; 3) penulisan kritik perlu memperhatikan keterbacaan, khususnya soal pemilihan bahasa penyampaian; 4) profesionalisme kritikus sulit ditelaah aksinya, yakni menjaga kualitas dan konsistensi terhadap apa yang diemban sebagai kritikus; 5) tidak banyak institusi hadir untuk menunjang kritik seni tumbuh. Mikke menegaskan pokok dari semua tantangan itu adalah dari sudut sumber daya manusianya sendiri. Moderator kemudian menyimpulkan beberapa poin terkait diskusi yang cukup meninggalkan pekerjaan rumah bagi publik diskusi. Kritik dalam praktik dialognya antara kelompok intelektual dengan kreator kerap menemui kemacetan. Kehadiran kritik sendiri secara alamiah dipertanyakan kembali karena ada peran besar media massa sebagai satu ruang pertumbuhannya. Selain itu, instansi atau lembaga seperti apa yang mampu menciptakan iklim kritik seni yang ideal, belum terjawab. (AVP) Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org |
Karya Seni Terkait | : | |
Pelaku Seni Terkait | : |
Judul Dokumen | Tahun Terbit |
---|