ivaa-online.org

PERISTIWA SENI

Diskusi Dua Bulanan YSC. “Kritik Seni Rupa #6”

Tanggal Penyelenggaraan : 18 Oct 2001@IVAA
Kategori Peristiwa : Lain-lain
Deskripsi :

Kritikus, bagi Kris Budiman, mesti dibayangkan sebagai seorang penjahat. Ia punya peran antagonis di hadapan karya yang dikritiknya. Posisi tersebut menarik, sebab seorang kritikus diberi ruang untuk membaca sebuah karya dari berbagai sudut pandang yang dikehendakinya. Namun, di sisi lain, seorang kritikus rentan dimusuhi atau dijauhi oleh pemilik karya. Seorang kritikus seolah meletakkan karya pada posisi antara hidup dan mati yang nantinya akan dinilai oleh publik. Kritikus hanya mengantarkan pada posisi gambang yang kemudian publik akan menilai, apakah karya tersebut layak atau tidak. Kritikus seperti pembawa virus, yang jika karyanya kuat, ia akan bertahan. Sebaliknya, jika karya itu lemah, karya tersebut dengan sendirinya akan hancur dan tidak berdaya. Demikian juga dalam seni rupa, seorang kritikus adalah seorang yang membaca karya seni rupa dengan menggunakan pendekatan tertentu yang menjadi dasar menimbang sebuah karya. Namun, bagi Kris, kritik—baik sastra maupun seni rupa—sering hadir dengan pendekatan ekspresif, yakni pendekatan yang fokus pada sosok pengarang atau seniman. Hal ini kemudian berakibat pada perbincangan biografis yang berlebihan dibandingkan karya-karyanya. Hal senada juga diungkapkan oleh Sumbo Tinarbuko bahwa kritikus lebih banyak bergumam di luar karya-karya seniman. Karenanya, Sumbo menawarkan pendekatan post-struktural berupa pendekatan semiotik agar para kritikus tidak terjebak pada pendekatan ekspresif yang lebih menjurus pendekatan struktural. Dengan demikian, penulisan kritik, terutama kritik seni, juga melihat aspek tanda, kode, sekaligus makna yang terkandung dalam sebuah karya dan sesekali menengok biografi sang seniman. Pendekatan semiotik mencoba menawarkan konotasi dari sebuah karya sehingga karya seni dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Selain itu, hal ini juga membuat kritik seni tidak hanya melahirkan jargon-jargon terhadap sosok, tetapi di sisi lain karya dilupakan begitu saja. Karenanya, kritik seni hadir dari beragam disiplin keilmuan dan tidak melulu dari kampus seni. Sebab ini pula, regenerasi kritikus juga penting dilakukan, walaupun seni rupa—begitu juga sastra—akan tetap berjalan tanpanya. (SA)

Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org

Karya Seni Terkait :
Pelaku Seni Terkait :

Koleksi Dokumen

Judul Dokumen Tahun Terbit