ivaa-online.org

PERISTIWA SENI

Forum Diskusi Biennale Yogyakarta VII 2003. Identitas Seniman dan Kritik Budaya Global: Melihat Keluar

Tanggal Penyelenggaraan : 23 Oct 2003@Taman Budaya Yogyakarta
Kategori Peristiwa : Lain-lain
Deskripsi :

Kris memantik diskusi dengan pertanyaan: “Manakah yang urgen terkait tema identitas? Identitas seniman membuat kritik terhadap budaya global atau budaya global melakukan kritik terhadap budaya lokal?” Heri Dono mengulas identitas dari sisi seniman sebagai pencipta karya seni yang berada dalam era globalisasi. Menurutnya, seniman, khususnya seniman lokal, tidak perlu merasa minder pada budaya global karena budaya global tidak selalu menghadirkan manfaat nilai kesenirupaan yang plural. Ia menyebut dalam sejarah substansial seni, tidak ada pengotakan untuk menerjemahkan bentuk kesenian. Seni modernlah kemudian memunculkan kecenderungan pengotakan itu. Heri menyatakan Yogyakarta sebagai satu wilayah yang homogen cukup memberi ruang eksplorasi seniman yang heterogen. Namun, ketika seniman Indonesia berpameran di luar negeri dan orang asing menulis seputar karyanya, ulasannya sering tidak mendalam karena kurang memahami latar budaya si seniman. Permasalahan lainnya, Indonesia masih kekurangan kurator dan kurator yang ada pun tidak banyak menulis di media massa internasional. Selanjutnya, Anusapati membahas pergeseran pemahaman identitas yang sedang terjadi. Seiring globalisasi dari 1970-an menuju 1980-an, persoalan identitas bergeser dari hal yang berkaitan dengan resistensi terhadap budaya lain, ke arah identitas sebagai pegangan seniman dalam bergaul atau berinteraksi dengan orang berlatar budaya dan bangsa lain. Kemudian, Nia melihat seniman yang menghadapi budaya global masih memiliki mentalitas orang terjajah. Sehingga paradigma yang digunakan adalah identitas lokal Timur yang eksotis. Nirwan mengerucutkan problem ketika membicarakan sumbangan satu negara dalam pembentukan realitas zaman baru, yaitu: 1) pemikiran tentang identitas sebagai kekuatan pendorong; 2) identitas yang cenderung konservatif; 3) karya dibiarkan terjaga oleh embel-embel si pencipta sehingga sulit berdiri sendiri dan dinilai publik; 4) sumbangan kesenian paling besar dalam kebudayaan manusia tidak pernah lahir ketika dia menjadi kritik terhadap kebudayaan tersebut, justru ketika kesenian tersebut menjadi alternatif terhadap kebudayaan yang ada. (AVP)

Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org

Karya Seni Terkait :
Pelaku Seni Terkait :

Koleksi Dokumen

Judul Dokumen Tahun Terbit