ivaa-online.org

PERISTIWA SENI

Wawancara dengan Pius Sigit Kuncoro (Geber Modus Operandi) Mengenai Karya Mystical Machine Made in Indonesia

Tanggal Penyelenggaraan : 9 Mar 1999@IVAA
Kategori Peristiwa : Lain-lain
Deskripsi :

Pius Sigit Kuncoro tergabung dengan kelompok performance art bernama Geber Modus Operandi. Anggota lainnya dari kelompok Modus Operandi ini adalah Bintang, Antares, dan Afrizal. Pada tahun 1999, karya “Mystical Machine Made in Indonesia” merupakan salah satu karya monumental yang dipamerkan oleh Modus Operandi di Lembaga Indonesia Perancis (LIP) Yogyakarta. Saat diwawancarai oleh Mikke Susanto, Sigit menyatakan bahwa karya tersebut terlahir dari konsepnya mengenai kehidupan adalah mistik. Mistik yang dimaksud Sigit adalah semacam keajaiban kehidupan dalam rangka trasidensi. Mistik yang cenderung ke arah mesin. Sigit memiliki pemahaman bahwa nilai-nilai kemanusiaan adalah turunan relatif dari kinerja mesin kehidupan yang bersifat mistik. Akhirnya pemahaman tersebut dieksplorasi bersama teman-temannya kurang lebih satu bulan. Kemudian berdasarkan hasil eksplorasi tersebut disusun kembali yang kemudian jadilah karya “Mystical Machine Made in Indonesia”. 

Karya “Mystical Machine Made in Indonesia” merupakan karya pertunjukan multimedia yang berisi video art. Dalam wawancara, Sigit menjelaskan bahwa karya “Mystical Machine Made in Indonesia” merupakan renungannya mengenai kondisi yang ditangkapnya dari masyarakat. Sebuah perubahan yang merupakan cerminan masyarakat. Ketika kehidupan telah memasuki era industri, maka manusia menjadi bagian dari mesin produksi. Akhirnya manusia membayangkan untuk menghadirkan mesin yang sangat besar yang akan mengatur semua kehidupannya. Sigit juga menceritakan proses pembuatan karya ini. Secara teknis perencanaan dilakukan bersama dalam kelompok. Kemudian, pembagian tugas ibarat sistem kerja PC atau Personal Computer yang diterapkan dalam kolaborasi. Setiap orang, memegang spesialisasi software masing-masing, selanjutnya barulah dikolaborasikan. 

Sigit mengutarakan bahwa sistem multimedia yang digunakan dalam pertunjukan tidak sentralistik. Kolaborasi mempertemukan titik temu dan titik pertentangan akhirnya menjadi improvisasi yang menarik karena saling melengkapi. Sigit mengatakan bahwa multimedia digunakan untuk melengkapi keterbatasan masing masing. Sigit optimis bahwa karya-karya multimedia semakin bisa diterima oleh masyarakat modern. Sigit memprediksi ke depan terdapat percepatan penjelajahan ke penemuan baru dalam dunia multimedia. Eksplorasi untuk merangkai sesuatu yang sudah ada akan lebih berkembang. (TS)

Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org

 

Karya Seni Terkait :
Pelaku Seni Terkait :

Koleksi Dokumen

Judul Dokumen Tahun Terbit