ivaa-online.org

PERISTIWA SENI

Wawancara Seniman Murniasih di Cemeti Art House

Tanggal Penyelenggaraan : 9 Mar 2000@Cemeti Institue for Art and Society
Kategori Peristiwa : Lain-lain
Deskripsi :

Dalam wawancara ini, Murniasih mengisahkan perjalanannya sebagai pelukis. Murniasih menceritakan masa kecilnya yang penuh luka berawal dari kepindahannya atau migrasi ke Sulawesi. Sederet kepedihan dan kesedihan dirasakannya, seperti menjadi pembantu rumah tangga dan merasa tidak seperti orang Bali. Murniasih kehilangan harta pribadinya dan merasa sudah tidak punya apa-apa di Bali. Hanya sepupu-sepupunya yang sudah berkeluarga dan mereka terlihat seolah mengabaikan kehadiran Murniasih. Murniasih bosan hidup di desa, akhirnya ia kembali menuju kota dan bekerja sebisanya di sana. Murniasih membuat kerajinan perak, membuat patung, membuat topeng, dan pernah juga bekerja di pabrik garmen. Murniasih menceritakan bahwa pada usia 16 tahun, dirinya memiliki seorang kekasih orang Jerman bernama Klaus. Klaus meninggal karena serangan jantung. Kemudian, Murniasih berkenalan dengan Mondo orang Italia yang juga merupakan teman Klaus. Murniasih dan Mondo pun menjalin hubungan asmara. Saat itulah, perkenalan Murniasih dengan seni lukis bermula. Mondo mengenalkan Murniasih pada seorang guru lukis di Bali. Selama 3 tahun, Murniasih, Mondo, dan gurunya bekerja sama di studio gambar. Kebosanan Murniasih pada pelajaran yang diberikan gurunya, membuatnya bereksplorasi sendiri.

 

Murniasih menjelaskan bahwa sejak pertama melukis aliran gambarnya tidak realis sama sekali, kebanyakan flora dan fauna. Menurut Murniasih bahwa lukisan yang tertuang di kanvas 75% suka duka dalam kehidupannya dan 25% objek yang dilihatnya. Berbagai isu diangkat dalam lukisannya, termasuk gender dan seksualitas. Pada tahun 1993-1994 ada karya Murniasih yang menggambarkan keinginannya untuk mengakhiri hidup. Hal itu terjadi lantaran kekecewaannya terhadap kekasihnya yang berselingkuh. Murniasih mengutarakan bahwa mimpi memengaruhi beberapa karyanya. Dalam melukis, Murniasih selalu mengikuti kata hatinya. Meskipun masyarakat Bali belum mampu menerima karya-karyanya, justru masyarakat di luar Bali yang bisa menerima karyanya. Bahkan seorang seniman di Surabaya mengagumi karya-karya Murniasih. Di Bali, Murniasih pernah menggelar dua kali pameran, salah satunya di Seniwati Gallery. Menurut Murniasih rata-rata orang Bali tidak menyukai lukisannya, karena kurang memahami kenikmatan dalam kesakitan yang dituangkan Murniasih dalam kanvas. (TS)

Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org

Karya Seni Terkait :
Pelaku Seni Terkait :

Koleksi Dokumen

Judul Dokumen Tahun Terbit