PERISTIWA SENI
Tanggal Penyelenggaraan | : |
3 Aug 2012@IVAA |
Kategori Peristiwa | : | Diskusi |
Deskripsi | : |
Banyak yang mengatakan bahwa seni rupa Indonesia sudah bisa masuk ke forum internasional, tetapi menurut F.X. Harsono, pernyataan tersebut perlu ditinjau ulang. Karya seni rupa Indonesia memang sudah masuk ke pasar internasional, tetapi belum ada yang bisa masuk dalam forum non-pasar. Seni rupa Indonesia belum menghasilkan wacana yang dapat diterima oleh forum-forum tersebut. Menurutnya, 90% karya seniman Indonesia masih berupa objek yang enak dilihat dan memang dibuat untuk dijual. Hanya ada sedikit seniman yang berusaha menuangkan wacana dalam karya, tetapi sering kali hanya di permukaannya saja. Lebih sedikit lagi seniman dengan kesadaran intelektual yang kuat dan tidak peduli pada pasar. Hal itu disebabkan seni rupa Indonesia masih didominasi nilai ekonomis yang diciptakan oleh pasar. Pasar menciptakan nilai, nilai itulah yang kemudian menjadi acuan seniman dalam berkarya. Padahal logika pasar adalah logika hiburan tanpa kedalaman pemikiran, landasan filosofis, konsep feelual, maupun ide. Dalam logika pasar, ide dan konsep diabaikan. Di sisi lain, kesadaran dan landasan filosofis itu harus didasarkan pada riset. Dan riset amatlah mahal investasinya. Seniman yang hanya bersikap kritis dan mau belajar, tetapi tanpa didasari riset, tidak akan bisa mempertanggungjawabkan idenya. Hasilnya ia hanya akan genit teori atau tersubordinasi tanpa memiliki akar yang kuat. Riset pun belum cukup. Agar menjadi karya, seniman harus terus bereksperimentasi agar mendapatkan bentuk yang paling sesuai untuk menyampaikan ide dari hasil risetnya. Kecenderungan yang terjadi sekarang, wacana hanya bumbu agar terlihat berbobot dan mendongkrak nilai jual sebuah karya. Menurut F.X. Harsono, ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab seniman Indonesia sulit masuk dalam forum internasional. Faktor-faktor itu mencakup: 1) kendala penguasaan bahasa; 2) tidak berkembangnya tradisi berpikir kritis di dunia pendidikan seni rupa, ada anggapan bahwa seniman itu tidak perlu berpikir dalam berkarya karena itu tugas kritikus; 3) tidak bisa menyusun strategi untuk masuk ke forum global; 4) tidak ada kesadaran untuk memanfaatkan teknologi guna menunjang kariernya; dan 5) tidak ada kesadaran untuk membangun jaringan Arsip audio wawancara ini dapat diakses dengan menghubungi arsiparis IVAA melalui email archive@ivaa-online.org |
Karya Seni Terkait | : | |
Pelaku Seni Terkait | : |
Judul Dokumen | Tahun Terbit |
---|---|
Rekaman Video Mampukah Seni Rupa Kontemporer Indonesia Eksis di Forum Seni Rupa Dunia?
Rekaman Video |
2012 |