ivaa-online.org
PELAKU SENI

Dadang Christanto

Dadang Christanto lahir pada 2 Mei 1957 di Tegal, Jawa Tengah. Selama 1980-1986, Dadang memperoleh pendidikan seni di Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Di tahun 1992, Dadang Christanto melakukan performance pertamanya berjudul "Earth Man"atau "Manusia Lumpur” saat di Jepang. Dalam performance tersebut, ia mengenakan celana dalam putih dan dengan sekujur tubuh berbalur bedak pupur putih, lalu berjalan menyusuri daerah pertokoan di,Tenjin, Jepang. Tahun 1999, Dadang pindah ke Australia untuk menjadi tenaga pengajar di Sekolah Seni dan Desain di Darwin, sebelum kemudian pada tahun 2004 pindah mengajar di Brisbane (Queensland). Dadang pertama kali melakukan pameran tunggal pada tahun 1991 pada “Contemporary Indonesian Artist” di University of South Australia, Adelaide dan Victoria College of the Arts, Melbourne. Pameran yang menampilkan karya Dadang lebih sering digelar di Australia dan Indonesia. Selain itu, karya Dadang juga pernah dipamerkan di berbagai negara, seperti Italia, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Brazil, Jerman, Taiwan, Kanada, Kuba, dan Amerika.

Menurut Rifky Effendi, kurator pameran tunggal Dadang yang berjudul “Pilgrim Project” (Bali, 2007), subyek pada karya Dadang selalu berkaitan dengan persoalan tragedi kemanusiaan. Subyek tragedi yang ditampilkan terkait dengan pengalaman trauma politik pribadi dan dengan berbagai tragedi sosial politik yang melanda Indonesia. Persoalan tragedi kemanusiaan juga dipandang telah menjadi “proyek seumur hidup” Dadang. Karya Dadang dianggap dapat menjadi monumen untuk para korban tragedi kemanusiaan tersebut. Pada “Project Pilgrim”, karya Dadang awalnya dipresentasikan dalam lukisan di atas kanvas, lalu kemudian juga dibentuk dalam bentuk tiga dimensional berupa patung-patung. Proses melukis sebelum dijadikan obyek tiga dimensi dianggap Dadang sebagai bentuk pendokumentasian proses pembuatan karya. Menurutnya proses tersebut merupakan bagian dari proses yang berharga untuk dinikmati orang lain, daripada hanya dibiarkan di studio. Berbagai karya yang ditampilkan Dadang dinilai dapat mengundang penontonnya untuk memikirkan kembali nilai yang telah dicapai oleh peradaban modern.

(profil ini ditulis Agustus, 2016)

http://cp-foundation.org/past/dadangchristanto_bio.html

http://shermangalleries.sherman-scaf.org.au/artists/inartists/artist_profile.asp%3Fartist=christantod.html

 

Judul Dokumen Tahun Terbit
Tahun Binal dan Penggugatan
Liputan Media Massa
1992
Peristiwa Budaya-1992
Liputan Media Massa
1992
Katalog: Pameran Bersama "The Highlights : Dari Medium ke Transmedia"
Katalog Pameran
2008
Gerakan di Luar Bingkai
Liputan Media Massa
1992
Merayakan Keberagaman Secara Binal
Liputan Media Massa
1992
Upaya Dinamiskan Seni Rupa Yogya
Liputan Media Massa
1992
Artists Paint The Dark Side of Military
Liputan Media Massa
Biennial Yogyakarta VII Takes On A New Look
Liputan Media Massa
2003
'Bukti Penderitaan' di Pelabuhan Asing
Liputan Media Massa
2003
Contemporary Indonesian and Vietnamese Art
Liputan Media Massa
Dadang-Hary Wahyu Buka Ruwatan Bumi
Liputan Media Massa
1998
Wajah Seni Rupa Asia Pasific
Liputan Media Massa
1993
Puluhan Seniman Yogya Ikuti 'Makassar Art Forum 99'.
Liputan Media Massa
1999
Esai: Internasional
Tulisan Lepas
2008
"See Asia Through New Eyes"
Liputan Media Massa
1998
Yogyakarta dalam Kerumun Seni Rupa Asia
Tulisan Lepas
2009
Katalog Pameran "Manifesto" 2008
Katalog Pameran
2008
Tabloid Binal Eksperimental Arts 1992
Katalog Pameran
1992
Project Proposal of Binal Eksperimental '92
Lain-lain
1992
Katalog Pameran "Biennale Seni Rupa Jakarta IX-1993"
Katalog Pameran
1993
Pasar Seni Di Mata Seniman Menjadi Dunia Fantasi
Liputan Media Massa
1987
Pameran Seni Rupa Baru: Ikhtiar mengubah definisi seni rupa masa kini
Tulisan Lepas
1987
Parodi Pasaraya
Liputan Media Massa
1987
Ricuh, FSRD Memisahkan Diri
Liputan Media Massa
1992