Tanggal Publikasi | : | 8 Agustus 1992 |
Deskripsi | : |
Tempo, 8 Agustus 1992 Gebu Yogya 1992 Biennale Yogya masih perlu menata kurasi, Biennale III hampir tidak mencerminkanperkembangan seni lukis Yogya. Pembatasan usia ternyata tidak mampumemunculkan pelukis berpotensi dari kalangan pelukis senior. Dan pembatasan usiaini pula lah yang melahirkan 'protes' pelukis muda Yogya dengan menyelenggarakanpameran tandingan 'off biennale' berjudul 'Binal', yang ternyata juga tidak fokus padapersoalan usia, tapi lebih muncul pada persoalan idiom baru seperti instalasi danperformance 'heboh' yang merupakan reaksi terhadap sesuatu yang dianggapmapan. Hal ini dapat dilihat melalui karya-karya Instalasi Dadang Christanto,'onggokan pasir' segera menyugestikan pulau-pulau kecil di Indonesia yang sudahdibeli kelompok mahakaya. Secara eksplisit reaksi ini sebenarnya salah alamat mengingat Biennale memanghanya sebatas pada seni lukis, tapi secara implisit pandangan penyelenggara 'Binal'ada benarnya, mengingat idiom dan ekspresi baru dalam seni rupa Indonesia masihsulit mendapat pengakuan. Padahal dalam seni rupa dunia, dalam event-eventBiennale, instalasi selalu mendapat ruang khusus dan selalu menarik perhatian parakritikus. Karya performance Heri Dono, sebuah teroboisan penting yang sebenarnyabisa dilemparkan ke forum internasional, mengingat batasan dan dasar ekspresiperformance masih diperdebatkan di mana-mana. |
Pelaku Seni Terkait | : | Ivan Sagita , Agus Kamal , Heri Dono , Eddie Hara , Nindityo Adipurnomo , Sudarisman , Lucia Hartini , Hedi Hariyanto , Bagong Kussudiardja , Jim Supangkat |
Karya Seni Terkait | : | Teror Produk, Tembok Berlin |
Peristiwa Terkait | : | Binal Eksperimental Arts '92 |