ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

"Perempuan Sebagai Tanda"

Tanggal Publikasi :
Deskripsi :

Tulisan ini merupakan pengembangan dari makalah diskusi bertajuk Ciri Perempuan yang dipresentasikan Farah Wardani dalam pameran fotografi: Mata Perempuan di Galeri Oktagon, Jakarta. Farah berusaha menelusuri perkembangan proses definisi dan melihat kembali bagaimana identifikasi “ke-perempuan-an” bereksplorasi melalui teori gender, serta penerapannya untuk membaca karya seni rupa dengan tema tersebut bahwa perempuan adalah suatu hal yang kodrati dan selalu dipasangkan dengan oposisi binernya, yaitu laki-laki. Maka “ke-perempuan-an” secara umum bisa didefinisikan sekaligus dipasangkan secara dikotomis dengan apa yang disebut “ke-lelaki-an”: lembut/kasar, lemah/kuat, dan seterusnya. Inti dari semua itu adalah tubuh sebagai garis batas yang paling absolut. Pada perkembangannya, wacana gender dan feminisme merambah aspek majemuk yang lebih terbuka mengenai gender, seksualitas, dan identitas. Interaksinya dengan seni rupa mengerucut pada masalah pengukuhan posisi perempuan di dalamnya. Ihwal tersebut dapat didekati melalui kajian subjektivity. Tujuannya agar sosok perempuan yang sedang diketengahkan sebagai subjek dalam seni rupa tidak terjebak pada tataran representasi gender dan politik identitasnya. Gender bukan lagi being, melainkan becoming. Menyintir konsep Helena Cixous yang menegaskan dekonstruksi gender tersebut perlu ditulis ulang dari penandaan perempuan dalam teks yang feminin. Gender dalam teks dipandangnya memiliki oposisi biner dan bisa beralih antartanda. Farah kemudian memosisikan kajian gender dan subjectivity dapat ditarik sebagai acuan kritik pada praktik seni rupa. Berangkat dari semaraknya posisi dan jumlah perupa perempuan dan pria, sekaligus beragamnya pengolahan tema, tak dapat dimungkiri membuat permainan tanda-tanda visual dalam seni rupa semakin intens. Satu contoh karya perupa yang cukup mewakili kondisi tersebut adalah “Setubuh” karya Titarubi. Menurut Farah, ia menampilkan tubuh-tubuh yang tak lengkap dengan latar menyiratkan konteks ruang dan posisi wanita dibuat disfungsional oleh tempat ia berada. Eksplorasi “ke-perempuan-an” pada akhirnya menurut Farah memungkinkan pembuktian perempuan sebagai entitas yang berdiri sendiri (lepas dari tubuh “ke-perempuan-an”). Identifikasinya pun harus melihat konteks pengolahan tanda, baik visual maupun verbal. Di sinilah seni rupa berperan sebagai medan pertemuan proses kreatif yang memberi saluran refleksi dalam prosesnya.  (AVP)

Pelaku Seni Terkait : AS Kurnia , Nindityo Adipurnomo , Titarubi , I GAK Murniasih , Sekar Jatiningrum
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait :