Tanggal Publikasi | : | 14 April 1991 |
Deskripsi | : |
GEDUNG Senisono Yogyakarta, akan digusur oleh yang berwenang, dan masyarakat seni Yogyakarta jadi geger. Mereka menyatakan ketidaksetujuannya. Dalih yang paling umum dipakai, bahwa Senisono itu sudah menjadi simbol, memiliki riwayat sejarah, gedung yang memiliki hak perlindungan, dan lain-lainnya. Saya sendiri pernah menggunakan Gedung Senisono tahun 1973, untuk berpameran lukisan dengan pelukis Nashar dan Tedja Suminar. Bagi saya Senisono, adalah gedung biasa. Sebuah gedung kesenian serbaguna di Yogyakarta (dapur seni dan pabrik seniman Indonesia) yang bisa dipakai untuk mementaskan teater, pameran lukisan, atau pembacaan puisi. Dipandang dari sudut kondisi sebuah tempat manggung seniman menjelang abad 21, di tempat gudangnya seniman dan budayawan, tempat itu sungguh menyedihkan karena tak memenuhi sarat minimal. Sebuah gedung yang layak dirobohkan, dan sebuah gedung yang menghina keberadaan seniman Yogyakarta sendiri. Sepertinya, seniman Yogya cukup diberi gedung ala kadarnya, yang lantainya miring, pengap, tambal sulam, dan kesan miskinnya kelewatan. |
Pelaku Seni Terkait | : | Hardi , Linus Suryadi AG |
Karya Seni Terkait | : | |
Peristiwa Terkait | : |