ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Katalog Biennale Seni Lukis Yogyakarta II - 1990

Tanggal Publikasi : 30 Agustus 1990
Deskripsi :

Biennale Seni Lukis Yogyakarta II, 30 Agustus - 13 September 1990 di Purna Budaya Yogyakarta.

Biennale kali ini dibuka dengan sambutan Rob M. Mudjijono, BA Kepala Taman Budaya Yogyakarta. Dia menyatakan bahwa meskipun persyaratan diperketat, jumlah seniman yang mengajukan diri untuk diikutkan dalam perhelatan dua tahunan ini.

Bagi penyelenggara Biennale Seni Lukis Yogyakarta (BSLY) II, gejala ini menunjukkan peningkatan kualitas dan aktivitas berkesenian. Sehingga mereka berharap pada Biennale selanjutnya terjadi peningkatan dalam kualitas lukisan yang ditampilkan, bukan hanya peningkatan pada frekuensi aktivitas melukis.

Ki Nayono, Ketua Umum DKDIY, menyatakan bahwa BSLY adalah tolok ukur dan pencatatan gejala pertumbuhan seni rupa di Indonesia. Sementara Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta, Dr. Soelistyo, MBA., menyatakan bahwa Taman Budaya Yogyakarta ada untuk perannya sebagai pembina dan pengembang kegiatan kesenian.

Untuk pertama kalinya, BSLY dipandu oleh seorang kurator, yakni Soedarso Sp., yang mengemukakan rancangan kuratorial yakni:

  • Terjadi ledakan harga di seni lukis Indonesia walau secara teknik dan idiom masih sama
  • Salah satu kemungkinan penyebabnya bukan karena tingginya apresiasi terhadap karya seni, namun lebih karena naiknya tingkat ekonomi Indonesia (tepatnya, bertambah-banyaknya peredaran uang di Indonesia) menyebabkan ‘uang-uang’ itu mencari penyalurannya sendiri (misalnya ke pembelian karya seni) sebagai bentuk investasi
  • Perkembangan dalam seni lukis Indonesia, yang sebagian besarnya di Yogyakarta, mudah terlihat; baik secara teknis maupun idiom.

Penggunaan akrilik (dalam seni lukis), polyester dan fiberglass (pada seni patung), atau teknik-teknik seperti impasto dan relief bukanlah berasal dari leluhur kita, PERSAGI. Sang kurator kemudian membahas beberapa karya yang dinilainya inovatif; (1) Hening Swasono, Medalion Retak, dengan bulatan-bulatan putih bak lubang dengan tekstur dan reliefnya dalam lukisannya, (2) Agus Kamal, Berdoa, yang melukiskan tiga mayat yang dinilainya bersuasana surealis baru dan memiliki tour de force.

Dia kemudian berpendapat bahwa situasi boom ini (setelah setahun) memberikan dampak positif pada karya-karya lukis yang menandakan ketekunan dan pergulatan sepenuh jiwa raga dalam proses penciptaannya, misalnya Boyke dan surealisme-abstraknya yang mirip kehidupan bawah air, Sudarisman dan kekenesan obyek dan warnanya, Edi Sunaryo dan bentuk-bentuk abstrak-imajinatif dan pijakan budayanya, Probo dengan virtuositas tekniknya. 

BSLY II juga memilih tiga karya sebagai pemenang, yakni:

Sudarisman, Yang Tua yang Muda, cat minyak di atas kanvas, 80x112 cm, 1990

Agus Kamal, Si Kembar, cat minyak di atas kanvas, 140x110 cm, 1990

Boyke Aditya Krisna S., Gerbang Buya, akrilik di atas kanvas, 100x80 cm, 1990

Pelaku Seni Terkait :
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait : Pameran Biennale Seni Lukis Yogyakarta II 1990