ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Tulisan Lepas - Tiga tulisan tentang Seni Rupa Baru Indonesia

Tanggal Publikasi : 1979
Deskripsi :

(2 file)

Tiga tulisan tentang Seni Rupa Baru Indonesia

Oleh: Agus Tjahjono

Bagian dari buku Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia

 

Lingkaran-lingkaran telah dibuka lebar-lebar. Senirupawan selaku subyek masih berhadapan dengan dunia, akan tetapi dia tidak lagi berperan sebagai semacam lingkaran yang bulat tertutup. Subyek terbuka bagi obyek, dan sebaliknya obyek terbuka bagi si subyek. Hal ini bukan berarti bahwa identitas seni rupawan lalu hilang lenyap. Tidak. Cuma, identitas tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang bulat dan terpisah, melainkanidentitas yang hanya dapat berada dan berkembang di dalam pertalian-pertalian.

-------------------------------

Perspektif Baru*

Oleh: Sanento Yuliman

Ada semacam dorongan untuk melihat ke sekitar, memungut benda-benda dari lingkungan sehari-hari, dan membuat konstruksi. Seniman-seniman angkatan terdahulu bisa puas dengan hasil seni yang mengucilkannya dalam pengalaman imajinasi dan renungan, dalam "dunia dalam". Seniman-seniman peserta pameran ini keluar dari sana, dan dengan giat, kalau bukan "agresif, menyerbu "dunia luar", dnia konkret. Seolahmereka menghendaki karya seni yang dapat memberikan pengalaman yang lebih penuh, yang total.

*Pengantar pada katalog "Pameran Seni Rupa Baru Indonesia '75."

-------------------------------

Seni Rupa Baru Indonesia 75*

Oleh: Jim Supangkat

Nah apa batas-batas Seni Rupa Indonesia '75. Batasnya cuma keyakinan bahwa ungkapannya bertolak dari lingkungannya, dirinya. Bicaranya tak penting apakah cara, maupun susunannya, apakah artistik atau tidak. Apabila ungkapan ini tepat, setiap pengamat akan mengenal "rasa" yang dibawanya, tinggal beresonansi tanpa pikiran yang njlimet, yang seni. Seperti kata sosiolog Arnold Tonybee: Setiap kreasi dan inovasi dalam seni akan berspekulasi untuk menjadi komunikatif atau esoterik. Kadar "komunikatif"-nya bergantung pada seberapa jauh ungkapan itu peka pada lingkungannya.

*Artikel di Harian Kompas, 9 September 1975.

-------------------------------

Rupa-rupa seni, praktek dan teori*

Oleh: Tuti Herati Noerhadi

Jadi, bila seniman kita berbahasa seni, maka pembicara, pendengar dan ujaran harus menuruti kaidah-kaidah pula yang tentunya bergeser terus, tentunya tidak selalu merupakan jaringan pemufakatan yang padat, denga lobang-lobang yang menjerumus. Yang perlu ialah keyakinan bahwa pesan yang hendak disampaikan suatu waktu akan kena pada sasaran: keyakinan dan semangat inilah yang jelas dimiliki oleh kesebelasan seniman yang patut mendapat apresiasi.

*Artikel di Harian Kompas, 9 September 1975.

Pelaku Seni Terkait : Agus Tjahyono , Jim Supangkat , Sanento Yuliman , Toeti Heraty
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait : Seni Rupa Baru Proyek 1 "Pasaraya Dunia Fantasi", Pameran "Seni Rupa Baru Indonesia '75"

Gambar