ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Transkrip - Wawancara dengan Kris Budiman oleh Grace Samboh

Tanggal Publikasi : 26 Juli 2009
Deskripsi :

"Iya, dalam konteks yang lebih makro, politik kebudayaan Orde Baru yang sentralistik, yang diliput, yang diekspos media itu yang di Jakarta, Jakarta, Jakarta. Ya … Lalu, ini gerakannya di Jogja, dilakukan oleh orang-orang yang berada di tepi-tepi, yang dipinggiran, yang nggak punya nama, yang nggak punya peran apa-apa. Nah, kayak gitu itu bisa di ekspos oleh media! Media Jakarta lagi! Tanpa media, BINAL nggak ada apa-apanya. Dilakukan oleh seniman-seniman kucluk yang mungkin dianggap frustrasi, sakit hati, gitu-gitulah. Nggak punya gaung, tanpa ada media macam Tempo, Kompas. Ya, itu unik!"

"Kalau sekarang ya dianggap biasa. Tapi pada waktu itu, di dalam iklim yang sentralistik kayak gitu, termasuk dalam kebudayaan, di dalam kesenian, pinggiran bener … Sentralnya Jakarta, Jogja udah pinggiran. Ini pinggiran lagi. Pinggirnya pinggir. Lalu ya itulah. Tanpa media nggak ada gaungnya. Kalau sekarang kan nggak problem, kita tinggal di Jakarta, atau di Jogja, nggak problem. Nggak gitu kerasa. Kalau dulu kereasa banget kan. Wah, di Jogja, pinggiraaaannnn gitu kan."

 

(Cuplikan Wawancara dengan Kris Budiman oleh Grace Samboh, terkait penelitian Sigit Pius Kuncoro dan Grace Samboh dalam projek IVAA Archive Retro: Biennale III Jogja & Binal Experimental Art 1992: Penggalian Kembali Sebuah Penanda Zaman)

Pelaku Seni Terkait : Kris Budiman , Grace Samboh
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait : Public Hearing BINAL-nya BIENNALE, Binal Eksperimental Arts '92