Gejolak dalam perkembangan seni lukis Indonesia yang meledak pada Biennale Seni Lukis Indonesia'74, disebabkan karena adanya kebutuhan untuk memperjuangkan beberapa ide-ide kesenian yang dirasa mengganggu komunikasi dalam seni. Kemapanan dalam lembaga-lembaga, dewan juri, hingga munculnya Anugerah Seni mendorong mereka untuk menancapkan akarnya lebih dalam lagi, membentuk secara formil kesenian Indonesia. Hal ini mengakibatkan munculnya satu nilai yang dianggap sebagai standar, dan menjadikan seni lukis dengan gaya lain dianggap tidak sesuai. Keadaan ini dirasa parah, apalagi jika melibatkan seniman baru dalam prosesnya. Mereka bisa saja divonis iseng, mengada-ada, atau langka akan ide-ide kreatif hanya karena asing atau tidak sesuai dengan standar yang akan diformalkan tersebut.