"Mural yang dibuat oleh warga kota, selanjutnya, mengandung unsur pelepasan keresahan kultural dan protes sosial. Ekspresi warga jauh lebih berani dibandimngkan para seniman mural. Warga tidak terikat pada pakem-pakem yang kadang membuat seniman bimbang untuk melangkah. Dengan entengnya warga memakai bahasa dan huruf Jawa untuk menyampaikan kiasan, kritik gaya wong Jawa".

(Cuplikan tulisan Agung Setyahadi pada harian Kompas, 11 Oktober 2011)