Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra
BAB 2
Halaman 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40
|
Latar Belakang Sosial Budaya
|
pembaruan dan pemberontakan pada estetika Mooi Indie;
perubahan sosial;
patronase;
kode estetik;
konteks-konteks sosial politik;
penggantian struktur pemerintahan;
propaganda simpatik;
kebudayaan baru;
positif;
penghargaan pada seni lukis;
membangkitkan penghidupan dan kebudayaan baru;
mengalihkan mentalitas budaya;
kerjasama kebudayaan;
pencarian identitas kebudayaan;
corak ketimuran;
ambiguitas;
ilusi diepte;
dwimatra;
dekoratif;
pengungkapan;
abstrak;
realitas kehidupan;
estetik romantik;
bentuk ekspresi;
poster-poster perang;
kekentalan revolusi;
sanggar-sanggar;
masa sturm und drang (masa muda dengan kegelisahan dan cita-cita);
luapan intuisi;
makna sosial;
wacana kemerdekaan;
tema nasionalisme kerakyatan;
visi estetik seni lukis kerakyatan;
terbelah menjadi dua azas;
seni untuk rakyat;
seni untuk seni;
manifesto;
budaya universal;
persaingan;
krisis;
terkooptasi;
sama rasa sama rata;
freedom of speech;
freedom of want;
racun kebudayaan imperialisme;
sanggar tandingan;
front perjuangan kebudayaan;
politik adalah panglima;
norma estetik yang sloganistik;
seni diabadikan pada rakyat, diperjuangkan pada revolusi dan cita-cita sosialisme serta kemanuasiaan;
ekspresi rakyat;
potensi konflik sosial;
agitasi;
boikot;
pelarangan;
ofensif kultural;
selera murah;
anti estetika seni abstrak;
realisme sosial;
realisme optimis;
manifes kebudayaan;
nilai-nilai universal;
aspirasi-aspirasi nasional;
manikebu;
|