Seni Lukis Indonesia Masa Jepang Sampai Lekra
BAB 3
Halaman 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72
|
Struktur Masyarakat, Lembaga-lembaga Kesenian dan Kebudayaan
|
tanda estetik;
kebebasan suasana sosiokultural;
dukungan;
terisolasi;
warna sederhana;
muram;
heroik;
studi karakter;
berdiskusi masalah seni lukis;
kekayaan visi estetik;
kolektor;
sanggar pusat dunia seni lukis;
pelukis junior;
badan usaha gotong royong;
projek-projek seni rupa monumental;
sikap kolektif;
masa pluralistik;
inflasi;
bergabung dalam aliansi partai;
perjalanan ke luar negeri;
order;
pembagian cat minyak;
beasiswa;
wabah selera modern;
salah nifas;
snobisme;
propaganda dan mobilisasi massa;
tendendi politik;
bagian propaganda;
ekspresi pribadi;
operasi propaganda;
mobilisasi;
seni kerajinan;
penemuan seni;
kreasi atas tradisi dan pembaruan;
evaluasi serta konstelasinya dalam sejarah;
seni lukis kerakyatan;
seni untuk perjuangan;
pendidikan seni;
nilai kerakyatan dalam kesenian;
seni untuk rakyat;
l’art pour l’art (seni untuk seni);
manusia yang terbuang dari lingkungan;
dalam sanggar Bumi Tarung semua anggotanya otomastis menjadi anggota Lekra;
api kehidupan revolusi adalah isi seni lukis;
poros satu lima satu;
Doktrin kerja Lekra ‘satu lima satu’ itu menempatkan mereka dalam komitmen estetik yang ideologis tentang seni untuk rakyat. Hal itu sekaligus melahirkan sikap opsisi terhadap pandangan seni untuk seni;
Warna estetik dekoratif;
seni dengan kepribadian nasional;
seni universal;
kubu seni lukis;
|