Tanggal Publikasi | : | 2002 |
Deskripsi | : |
Tahun 1880-an gambar di koran dibuat dengan sistem wood cut (cukil kayu) dan umumnya sedikit sekali ilustrasinya. Di Amerika ketika koran pertama kali menampilkan foto, sempat ditentang oleh penerbit lain, karena mereka menganggap kalau ada foto atau gambar pertanda bahwa koran itu dibaca oleh orang-orang buta huruf. Fotografi atau gambar dimunafikan seolah-olah merendahkan pembaca (tulisan). Jadi foto atau gambar dianggap merendahkan koran. Tetapi pada saat yang sama beberapa penerbitan Amerika menampilkan foto-foto di koran, dan yang ditampilkan adalah foto-foto wanita cantik. Tidak jauh dengan apa yang kita lihat sekarang. Ketika fotografi pertama kali muncul di koran, ada kesan itu diperuntukkan bagi pembaca kelas bawah. Jadi ada resistensi dari kalangan penerbit yang menganggap ada yang mereka terbitkan itu adalah barang intelektual. Baru pada sekitar akhir abad ke-19 (sekitar 1890-an), potensi fotografi di media massa mulai berkembang. Contoh paling baik adalah di Jerman, termasuk konsep majalah bergambar. Di situ juga ada pengaruh fotografer yang berasal dari akademi. Hingga kini fotografi tak dapat disangkal telah menjadi bagian penting dalam segala bidang kehidupan. Wawancara berikut mengulas perkembangan fotografi secara singkat antara Adi Wicaksono (T), dan Yudhi Soerjoatmodjo (Y), kritikus fotografi sekaligus kurator Galeri I se-Jakarta.
|
Pelaku Seni Terkait | : | Yudhi Soerjoatmodjo |
Karya Seni Terkait | : | |
Peristiwa Terkait | : |