Ada beyond artistic production. Sekiranya itu merupakan transaksi karya seni antara seniman dan pembeli. Orang mengira, "kurator" (lazimnya penulis seni rupa pada katalog pameran) turut berperan atau melegitimasi mekanisme tersebut. Paska produksi karya seni tentu saja menggandeng pula nilai sejarah, konstruksi pemaknaan, konteks sosial, bahkan sekedar gejala visual 'baru' terhadap karya. Yang didakwa dari mekanisme itu akhir-akhir ini paling tidak adalah sebuah keraguan terhadap 'kemampuan' apresiasi si pembeli karya seni. Keraguan demikian semakin beralasan mengingat mekanisme pembelian karya seni telah dikonstruksi menjadi sistem yang hidden. Seniman jelas dilarang bertingkah, karena dihadapannya bajal banyak menemui resiko. Juga yang kono memberi jarak dan bersikap oposan. Yang hidden itu menggemaskan. Sesuatu yang menggemaskan punya potensi untuk dibongkar, dipreteli, dikecapi, digumuli, dihasrati. Disini pun, resiko semakin melebar, tidak lagi terhadap seniman tetapi juga orang yang interest pada persoalan tersebut. Sulit dibayangkan apabila ada seseorang yang berusaha membongkar 'ketololan' diatas, menemui resiko mengerikan, melebihi resiko para pelaku kesenian.