Tanggal Publikasi | : | 26 Juli 1989 |
Deskripsi | : |
Biennale Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), pameran dua tahunan yang dulu bernama Pameran Besar Seni Lukis Indonesia ini, memang jarang luput dari keonaran. Siapa pantas dan tidak pantas ikut dalam kegiatan berlingkup nasional ini sering menyulut percekcokan. Belum lagi, soal penghargaan yang dikaitkan dengan ukuran 'terbaik'. Tapi tampaknya kali ini aman. Sebabnya, menurut sekretaris DKJ, Sri Warso Wahono, dipakai cara baru dalam memilih peserta. Ada kunjungan ke rumah si pelukis di berbagai kota. Selain itu, katanya, "ada tolok ukur obyektif yang diberlakukan di samping menghormati sikap berkesenian masing-masing peserta". Penjurian juga dianggap cukup bersih. Meski ada saja persoalan. Umpamanya, Rusli, pelukis kawakan, berhalangan menunaikan tugasnya menilai. Mochtar Lubis mengaku jarang berkomunikasi dengan juri lain karena kesibukan. "Saya tinggal menyerahkan angka-angka. Tapi saya harus bilang, hasil akhir itu memang merupakan pilihan bersama," tuturnya kepada Kompas semalam. (Kutipan paragraf 2, 3 & 4) |
Pelaku Seni Terkait | : | Rusli , Sri Warso Wahono , Boyke Aditya Khrisna , Amang Rahman , Ivan Sagita , Dwijo Sukatmo , AD Pirous , Djoko Pekik , Adi Munardi , Farida Srihadi , Amri Yahya , Aming Prayitno , Nasjah Djamin , Putut H Pramono , OH Supono |
Karya Seni Terkait | : | |
Peristiwa Terkait | : | Pameran Biennale VIII DKJ 1989 |