Setiap menjelang Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) berhamburan tanya. Siapa pengurusnya ? Dengan siapa dan berapa personil yang dilibatkan dalam kegiatan itu ? Bagaimana persiapannya ? Apa saja yang disajikan ? Berapa dana yang dikucurkan Pemda Propinsi DIY ? Berapa besar usaha dana yang digalang oleh Panitia Pelaksana ? Bagaimana relevansi kegiatan ini bagi pensejahteraan dan kebebasan berekspresi seniman ? Apakah soal pajak tontonan sudah dituntaskan untuk kegiatan ini ?

(Cuplikan paragraf pertama tulisan Lephen Purwaraharja berjudul "Silang-Sengkarut Ibukota Budaya Dan Otoritas FKY" yang dimuat pada harian Kedaulatan Rakyat, Minggu, 2 Juni 2002)