Fokus pembahasan diawali dengan perdebatan mengenai seni rupa publik antara Apotik Komik dan Taring Padi yang difasilitasi ruangrupa (2000, Karbon). Nuraini menyampaikan analisa yang menarik mengenai dialog ini, dimana ia menangkap bahwa Taring Padi dianggap kerap memberikan indoktrinasi secara visual kepada publik melalui terminologi politis semacam "anjing militer" atau "babi kapitalisme" yang bisa dianggap niat pendidikan politik bagi masyarakat atau justru mengintervensi cara berpikir masyarakat. Begitu pula dengan Apotik Komik yang berkeinginan untuk memberikan alternatif visual untuk publik, sementara belum terjadi perbincangan mengenai masyarakat seperti apa yang dibayang oleh Apotik Komik sendiri.

(Tulisan paragraf kedua tulisan lepas Nuraini Juliastuti berjudul "Seni Rupa Publik" yang dimuat Surat Yayasan seni Cemeti Volume 25)