Tanggal Publikasi | : | 30 November 1996 |
Deskripsi | : |
Lubis mengamati patung “Kristus Hati Suci” karya Gregorius Sidharta yang merupakan salah satu dosen senior di Fakultas Seni Rupa dan Desain di ITB. Menurut Lubis, patung buatan tahun 1958 tersebut memberikan kesan yang berbeda dari bayangan Kristiani mengenai patung Kristus. Sidharta menampilkan sosok Kristus bagai ksatria dalam legenda Jawa. Lubis memaparkan bahwa Sidharta berusaha menafsirkan sosok Kristus yang universal dengan mata seorang Jawa. Sehingga terciptalah sosok Kristus pribumi meskipun substansi Kristus tetap sama. Lubis mengemukakan bahwa Sidharta merupakan sosok yang memperkenalkan istilah kontemporer pada 1977. Sebagaimana tersurat dalam buku biografi Sidharta karya Sanento Yuliman dan Jim Supangkat, istilah kontemporer digunakan untuk menghindari istilah modernisme yang percaya pada universalisme. Makna modernisme yang dimaksud adalah dominasi budaya yang dihegemoni seni rupa Eropa, bukan makna pembaruan secara historis. Lubis mengatakan bahwa karya-karya Sidharta merupakan bagian dari modernisme. Karya-karya yang dimaksud di antaranya: 1) tahun 1970, dalam “Tangisan Dewi Bathari”, Sidharta mengolaborasikan seni patung, grafis, dan lukisan. 2) Tahun 1973, karyanya “Tiang Berulang”, menampilkan patung kayu berstruktur vertikal dengan permukaan patung digambari garis meliuk dan berwarna-warni, sehingga tidak menyatu dengan patung. 3) Tahun 1973, karyanya “Rangga Berulang”, merupakan karya berupa bidang bertangga yang dipenuhi garis warna-warni berkelok-kelok seperti ular. Garis tersebut membentur kualitas dan konvensi seni patung. 4) Tahun 1973, Sidharta membuat patung logam yang konstruktif dan mewarnai patung tersebut serupa patung kayu. 5) Tahun 1986-an, “Salib Berdaun” ditampilkan dengan tubuh Kristus tanpa salib yang terbuat dari resin, poliester, ditambah gambar tumbuhan yang ornamental. |
Pelaku Seni Terkait | : | Bersihar Lubis |
Karya Seni Terkait | : | |
Peristiwa Terkait | : |