ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Sendawa si Ucok sebagai Blup

Tanggal Publikasi : 18 Juli 1999
Deskripsi :

Gantra memandang bahwa pameran Blup merupakan upaya para seniman untuk mengembalikan kesenian sebagai identitas homo ludens (manusia yang bermain-main). Ide blup bermula dari Amirudin T.H. Siregar alias Ucok. Melihat Gustaf (teman sekampus) yang rambutnya dicat warna-warni, spontan Ucok menceletuk, “Gile, rambut lu blup amat”. Kemudian blup berlanjut bukan sebatas celetukan. Ucok berusaha menyimpulkan blup sebagaimana kesenian yang “tidak perlu dimuati macam-macam makna (kepentingan)”. Dengan demikian, kesenian adalah blup. Seniman adalah blup. Berkesenian adalah blup. Istilah blup sangat lentur, fleksibel, dan bebas. Ucok menyebarkan blup ke seniman-seniman, ke kampus-kampus, mengajak siapa saja yang memiliki minat serupa untuk menggelar pameran blup bersama-sama. Pameran bertajuk Blup kemudian digelar pada 19-29 Juli 1999 di Taman Budaya Jawa Barat. Pameran dimulai dengan pembacaan manifesto yang sekaligus menunjukkan cara pandang para seniman blup dalam memandang kesenian, “Segala nilai dan makna politik, moral, hukum, art, dan sebagainya telah berakhir. Yang ada hanya blup,” dan “art adalah blup, tapi blup belum tentu art”. Beberapa sajian dalam pameran Blup yang mencuri perhatian, di antaranya yakni: 1) penampilan Nia yang telanjang dengan tubuh dilumuri cat warna-warni dan secarik kertas menutupi kemaluan—bukan dianggap pornografi, melainkan blup; 2) “Murah”, karya berupa tiga buah botol dengan karet KB melapisi uang receh lima ratus rupiah; 3) “Menghibur/Menghajar Ucok”, karya untuk meledek karya Tisna Sanjaya “Berpikir dengan Dengkul”; dan 4) boneka buntung, karya spontan dua anak SD yang awalnya datang hanya sebagai pengunjung pameran—menunjukkan bahwa semua orang pada dasarnya adalah seniman, homo ludens. (MQ)

Pelaku Seni Terkait : Maman Gatra , Aminudin TH Siregar
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait :