Reformasi masih menjadi topik yang begitu menarik untuk terus direfleksikan dan dikontekstualisasi. Terlebih pada Mei 2018 yang bertepatan dengan 20 tahun reformasi. Begitu banyak acara diskusi mengambil tema serupa, baik dengan irisan politik, sosial, agama, hingga termasuk seni. Koalisi Seni Indonesia (KSI) melihat momentum ini juga sekaligus sebagai ajang sosialisasi peran-peran strategisnya dalam medan kesenian. Dalam rangka memperingati 20 tahun reformasi, KSI mengadakan diskusi dengan tema seni sebelum dan pasca-reformasi, Senin 27 Mei 2018 di Rumah IVAA.

Sesi diskusi pertama, yang berlangsung dari pukul 13.00-15.30, fokus pada praktik seni pada masa sebelum hingga transisi reformasi dengan moderator Alia Swastika. Muhamad “Ucup” Yusuf, Gunawan Maryanto, Aji Wartono dan Yustina Neni adalah pembicara dalam sesi pertama ini.

Sesi kedua lebih membicarakan praktik seni setelah 1998 dengan moderator Brigitta Isabella dari Kunci Cultural Studies. Sesi ini juga menghadirkan 4 pembicara yaitu Fitri DK, Wok The Rock, Heni Matalalang dan Linda Mayasari. Peserta yang hadir juga beragam, dari yang sepantaran usia dengan pembicara di sesi pertama, hingga generasi sesi kedua yang fokus berkarir pada periode tahun 2000an. Diskusi ini diharapkan menjadi jembatan untuk mengatasi kekhawatiran atas gap generasi.