Kidung Dumateng Para Sesujud, di Bukit Rhema, Gereja Ayam Magelang, diselenggarakan 26 Oktober 2014

Kidung Dumateng Para Sesujud Bukit Rhema sebuah karya tematik yang mengangkat isu-isu pemaknaan spiritualitas para pemeluk, merupakan tahun kedua sebuah karya yang diramu melalui kerja sama yang melahirkan sebuah eksekusi seni dalam rangka pengejawantahan makna keberagaman antar pemeluk.

Hubungan antar manusia kerap melahirkan pergumulan atas perbedaan kepemelukan, bertumpang tindih dalam kehidupan sosialnya. Kebenaran menjadi tunggal, ketunggalan yang dipaksa menjadi jamak; mengantar manusia dalam keadaan campur baur atau mengantar kita menuju harmoni diantara batas ambang nilai dan kenyataan.

Bangunan di atas bukit di desa Kembanglimus, yaitu berada salah satu dusun di daerah perbukitan Borobudur-Magelang ini, telah menjadi salah satu tanda gesekan atas hubungan nilai dan antar pemeluk. Situs rumah doa yang telah lama ditinggalkan, kini telah menjadi memori dan imaji sebuah harapan bahkan perjuangan seorang pemeluk dengan segala kontemplasi spiritual yang pada akhirnya hanya menjadi sebuah jejak ketidakselarasan dengan pemeluk lainnya.

Karya ini merupakan kerjasama: Antirender, Amarawati Ayuningtyas, Dayu Prismawati, Dian Mayangsari, Dina Triastuti, Ferial Afiff, Laila Putri, Leonardus Wahyu Dewala, Nita Utami, Redik Brasiano, Sohifur Ridho Ilahi, Tamara Pertamina, Theodorus Christanto, X-CODE films, Yolandri Simanjuntak. (teks dari X-Code Films)