Tanggal Publikasi | : | 25 Agustus 1990 |
Deskripsi | : |
Kedua pegrafis itu hampir tidak menggunakan warna. Hanya satu pekerjaan Apin, dan dua pekerjaan Baharudin, berisi warna, itu pun minim. Waktu yang mendesak dan suasana yang tegang, memang, tidak menyediakan kesempatan cukup santai untuk membuat dan mencetak banyak klise lino yang dituntut oleh warna-warni. Sutan Takdir Alisjahbana mengantar kumpulan cukilan lino ini dengan esai pendek, dalam tiga bahasa. Dan ia menulis sebagai ketua Perkumpulan Memadjukan Ilmu dan Kebudajaan. Begini kutipan lengkap, dalam ejaan sekarang: “Suatu bangsa yang tujuh puluh miliun jiwanya, sudah bangun dan sedang berjuang untuk merebut hak dan tempatnya yang layak di antara bangsa-bangsa yang lain. Di tengah-tengah kekacauan revolusi setelah berabad-abad terjajah dalam kemiskinan dan kegelapan, yang akhirnya memuncak dalam penindasan dan penghinaan yang tiada berhingga selama Perang Dunia Kedua, mungkin sekali yang lantang kedengaran ke dunia luar hanyalah kisah pemuda yang nekat bertempur untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan tanah airnya. Tetapi salah sekali orang kalau menyangka bahwa revolusi yang terjadi di Indonesia sekarang hanya berbentuk kekerasan, pertumpahan darah, terbakarnya kota dan desa. Sebab, tak kurang besar dan dahsyatnya dari perjuangan dan pertempuran yang telah berjalan setahun sekarang ialah revolusi dalam jiwa pemuda Indonesia. (Kutipan Tulisan Sanento Yuliman) |
Pelaku Seni Terkait | : | Baharudin Marasutan , Mochtar Apin , Sutan Takdir Alisjahbana |
Karya Seni Terkait | : | |
Peristiwa Terkait | : |