Bawahskor merupakan inisiatif pengarsipan dinamika PSIM (Perserikatan Sepakbola Indonesia Mataram) Yogyakarta yang dimulai sejak 2013. Selain secara khusus mengarsipkan hal-hal yang berkaitan dengan PSIM Yogyakarta, Bawahskor juga menyentuh pengarsipan sepakbola Daerah Istimewa Yogyakarta dan Indonesia secara umum. Koleksinya berupa kliping digital dan rekaman wawancara dengan para informan penting terkait PSIM Yogyakarta dalam bentuk podcast.
Proyek ini dimaksudkan sebagai media edukasi yang interaktif guna mempelajari sejarah klub PSIM dan sepakbola Indonesia. Mempelajari sejarah dalam konteks ini bisa ditarik untuk memaknai kembali konflik di dalam dunia sepakbola, khususnya yang dihidupi oleh para suporter PSIM dan beberapa klub lain yang bersinggungan.
Bawahskor mencoba untuk memaknai ulang konflik suporter PSIM dengan suporter PSS (BCS dan Slemania) serta Persis Solo (Pasoepati dan B6 Surakartans). Bahwa tak jarang konflik yang selalu terjadi di antara mereka dibungkus dengan nararsi historis kejadian “Kandang Menjangan”. Suatu kejadian yang dialami generasi dahulu, dan seolah “diwariskan” kepada generasi mudanya tanpa ada pertanyaan ulang atas konteksnya. Dimaz Maulana, sebagai salah satu orang penting di balik Bawahskor, merasa bahwa ini semacam relasi kuasa dalam organisasi atau kelompok suporter (laskar) itu sendiri.
Pada 2018, Bawahskor menggelar pameran di Kedai Kebun Forum dengan tajuk “This is Away”. Dengan mengambil periode 1998 sebagai kerangka baca, Bawahskor menyuguhkan arsip-arsip foto tentang konflik PSIM dan Persis Solo. Selain itu, pada 2021, Bawahskor juga turut berpameran di Cemeti: Institut untuk Seni dan Masyarakat. Di pameran ini mereka mencoba menunjukkan Museum of Laskar Mataram sebagai inisiatif lanjut dari proyek pengarsipan ini. Sebuah rintisan museum tentang sejarah PSIM yang diniatkan menyajikan arsip, cerita hingga benda-benda memorabilia sebagai media pembelajaran.
Museum ini hadir sekali setahun, ketika perayaan HUT PSIM dan akan terus mengiringi PSIM hingga menginjak usia seabad besok pada 2029. Edisi pertamanya jatuh pada September 2020 dengan tema “Bali Neng Omah, Bali Neng PSIM”. Berangkat dari fenomena kepulangan para pemain ke wisma yang letaknya tak jauh dari stadion Mandala Krida. Ketika wisma sudah selesai direnovasi, para pemain kembali tinggal di situ. Momen ini menjadi penting untuk dirayakan dalam rangka merefleksikan kepulangan; merenungkan cerita suka dan duka sebagai bagian dari ingatan kolektif PSIM.
Dengan menghadirkan arsip dan membicarakannya, Bawahskor mengupayakan praktik kolektif untuk mengurai konflik yang selalu menjadi hal tak terhindarkan dari dunia sepakbola. Selain itu, inisiatif ini menjadi ruang apresiasi bagi para subjek sepakbola yang kerap luput dari perhatian dan menjaga keterkaitan seluruh stakeholder dengan ruang-ruang penting, seperti lapangan, rumah, bahkan wisma bersama.