Perempatan Thamrin-Wahid Hasyim di dekat Sarinah, Jakarta Pusat adalah kawasan yang ramai. Banyak orang di sana, dari yang berjalan di trotoar, menunggu bus, berjualan di kakilima, atau membeli sesuatu. Di bando jalan di Jl. Thamrin, ada sebuah fasilitas teks baris (running text) yang membuat Ari Dina berpikir, bagaimana jika teks baris itu ia gunakan untuk membicarakan kejadian sehari-hari di sana? Ia kemudian memberi informasi soal transportasi, dari soal bus (“Kalau naik Kopaja P19, tanya dulu apa bus itu benar-benar sampai Cilandak atau hanya sampai ke Blok M?”), sampai 3 in 1 (”Sebentar lagi akan 3 in 1, setidaknya harus ada 3 orang di dalam mobil Anda”). Ia juga mempromosikan penjual jagung rebus, penjual kaos (“Tiap Jum’at dan sore hari, ada penjual kaos bergambar Benyamin S di depan mesjid”), ojek payung (”Ojek payung dari Djakarta Theater sampai ke Sarinah Rp. 3000-5000”), bahkan berkomunikasi dengan publik (”Saya tidak tahu bedanya Metro Mini S 604 dan Metro Mini S 640 yang sama-sama menuju ke Pasar Minggu”). Ari Dina membuat fasilitas publik itu menjadi benar-benar milik publik, dengan membicarakan hal-hal yang hanya bisa diketahui oleh orang yang akrab dengan tempat itu, dan menciptakan komunikasi tentang segala hal dari yang penting hingga remeh-temeh.

(Karya ini merupakan bagian dari Jakarta Biennale XIII 2009 "Arena" - Lokakarya Situs Spesifik)