Rifky "Goro" Effendy lahir di Jakarta pada tahun 1968. Rifky mendapatkan ilmu seni keramik di Institut Teknologi Bandung. Ia memulai aktifitasnya sebagai kurator sejak tahun 1997. Selain itu Rifky juga aktif menulis dengan menjadi kontributor di berbagai media, seperti Kompas, Tempo, Visual Arts, dan Art Asia Pacific Magazine. Selama 2002 – 2008, Rifky menjadi kurator untuk Galeri Cemara 6 di Jakarta. Di akhir 2001, Rifky mencetuskan dan mengorganisasi "Bandung Biennale" untuk pertama kalinya. Di tahun yang sama, Rifky juga mengorganisasi pameran karya seniman Jepang, Morimura Yasumasa di Yogyakarta (Cemeti Art House), Bali (Gaya Fusion and Sense), Bandung (Soemardja Galelry), dan Solo. Pameran lainnya yang pernah dikuratori Rifky diantara adalah: "Wearable" di Galeri Padi Bandung, Bentara Budaya Yogyakarta, dan Sika Art Gallery Bali (1999); "Pilgrim Project by Dadang Christanto" di Gaya Fusion Artspace, Bali (2006); "KOI and TRINACRIA by Filippo Sciascia and Robert Coda Zabetta" di Galeri Nasional Indonesia (2008); "South East B(L)ooming" di Primo Marella Gallery, Milan, Italy (2008); "In Between, The First Jakarta Contemporary Ceramics Biennale” di North Art Space, Jakarta (2009); "Fixer" di North Art Space, Jakarta (2010); "FLOW: Contemporary Art from Indonesia" di Michael Janssen Gallery, Berlin (2012); "Indonesia Pavilion di the 55th Venice Biennale" bersama Carla Bianpoen (2013); "The Third Jakarta Contemporary Ceramics Biennale: COEFFICIENT OF EXPANSION" di Galeri Nasional Indonesia (2014); dan “Bazaar Art Jakarta 2016” bersama Vivi Yip.
Pada Bazaar Art Jakarta 2016, Rifky dan Vivi sebagai kurator merasa seni seharusnya dapat menjangkau ke seluruh kalangan masyarakat. Oleh karena itu, berbagai program yang ada di Bazar Art Jakarta 2016 diutamakan untuk memberikan pengalaman dan edukasi kepada masyarakat. Selain adanya pameran, diselenggarakan berbagai program lain yang lebih mudah diakses dan diterima oleh berbagai kalangan, terutama anak-anak, remaja, hingga para guru seni. Event tersebut juga diadakan di tempat umum, dan menggunakan obyek yang sering digunakan oleh anak muda, seperti helm, sneakers, tas, dan skateboards. Dengan begitu, Vivi dan Rifky berusaha untuk menjadikan seni tidak seharusnya menjadi sesuatu yang eksklusif untuk kalangan tertentu saja. Hal tersebut dianggap pada akhirnya akan menguntungkan ke berbagai pihak yang terlibat di dunia seni, seperti seniman, gallery, dan masyarakat.
(profil ini ditulis pada November 2016)
sumber:
http://daman.co.id/bazaar-art-jakarta-2016-an-art-fair-for-real-people/
https://issuu.com/jccbindonesia/docs/the_3rd_jccb_2014_e-catalogue
http://www.fhm.co.id/content/article/2303/4/2016/Bazaar-Art-Jakarta-2016-Mengantar-Indonesia-Menjadi-Pusat-Seni-di-Asia
http://archive.ivaa-online.org/files/uploads/texts/Proses%20Kuratorial.pdf
http://www.thejakartapost.com/news/2014/09/30/jakarta-contemporary-ceramics-biennale-offers-widened-scope.html
https://icurator.wordpress.com/about/