ivaa-online.org
KOLEKSI DOKUMEN

Karikatur di Jaman Belanda, Jepang, dan Jaman Revolusi

Tanggal Publikasi : Juli 2001
Deskripsi :

 

Lokasi teks

Judul Tulisan

Kata/Kalimat

Bab II KARIKATUR DI JAMAN BELANDA, JEPANG DAN JAMAN REVOLUSI : Zonder Hofer geven wij over; Adakah Karikatur Indonesia di Jaman Belanda?; Siapakah karikaturis di Jaman Penjajahan?; Sampai di Mana Peranan PERSAGI; Cerita Tentang Dua Sukarno; Adakah Karikaturis di Zaman Seumur Jagung?; Para Pelukis yang Dihormati Nippon; Dari Tepi Kali Code

Halaman 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 89.

Bab II.Karikatur di Jaman Belanda, Jepang, dan Jaman Revolusi

gambar sindiran;
karikatur;
pers Indonesia;
suratkabar nasional;
coretan;
sketsa;
illustrasi;
suara nasional;
koran nasional;
pelukis reklame;
sketsa;
peristiwa historis;
lampion-optocht;
karikaturis politik;
Brosur pameran;
Persatuan Ahli Gambar Indonesia;
sejarah seni rupa Indonesia;
lukisan naturalis;
Mooi Indie;
ekspresionistis;
impresionistis;
perasaan nasionalisme;
jiwa patriotisme;
karya satire;
distorsi;
ironi;
seni protes;
fine art;
applied art
;
tukang gambar;
teekenaar;
pelukis;
karikatur sosial;
illustrator;
comic strips;
gambar politik;
satiris artistik;
gambar propaganda;
gambar kritikan;
pelukis potret;
mimik;
tema;
desain uang;
sketsa revolusi;
sketsa ilustratif;


 

No. Panggil Perpustakaan IVAA

741.3 Sib K

Judul

Karikatur dan Politik

Penyusun

Penulis – Agustin Sibarani
Pengantar – Benedict R.O.G Anderson

Editor – Stanley
Sampul – Ir. Gorky Sibarani

Penerbit

PT Media Lintas Inti Nusantara
Jln. Utan Kayu 68-H Jakarta, Tel. 021-8573388
fax. 8573387
e-mail. Rb_kalam@isai.or.id

Tahun terbit

Juli 2001

Informasi lain

Bekerjasama dengan Institut Studi Arus Informasi dan Garba Budaya.

Kutipan

Pengantar oleh Dr. Benedict R.O.G Anderson

Halaman xi paragraf 17

Selain banyak konsep yang bagus, bakatnya Pak Sib juga terletak pada karikatur para tokoh. Seni karikatur berarti gambar ‘berlebih-lebihan’ dari  manusia tertentu, dengan distorsi yang jitu. Salah satu sifat raut mukanya atau badannya didistorsikan sedemikian rupa sehingga walaupun orangnya masih bisa dikenal, watak pribadi atau kelakuan politiknya sangat ditonjolkan. Seperti yang telah saya katakan, B.J. Habibie selalu digambarkan Pak Sib sebagai seorang anak kecil atau seorang kerdil, menunjukkan pendapat penggambaran bahwa tokoh itu Cuma embe-embelnya Babe, atau anak asuhannya. Muka panjangnya Sjarifudin Prawiranegara diperpanjang lagi sehingga gampang dibikin mirip seekor keledai (binatang tolol yang selalu bisa dimanipulasikan oleh majikannya). Kumis tebalnya Jendral Faisal Tanjung ditebalkan lagi sehingga orangnya cocok digambarkan sebagai macan bodoh piaraan Babe. Dan dalam kasus favorit saya, Si Moko tadi, roman mukanya – yang memang jauh dari ganteng – ditampilkan mirip seorang centeng kelas kambing dikombinasikan dengan bagian-bagian muka seekor ketek. Sayangnya cuma ini: Pak Sib sendiri menulis bahwa kalau karikaturnya seorang tokoh betul sempurna tak perlu ditambah namanya. Pembaca atau penonton akan langsung kenal.Dalam hal ini Pak Sib tidak selalu konsisten; kadang-kadang kartunnya tidak memasang nama, tetapi juga sering menerapkan yang sebenarnya tak perlu. Yang terakhir adalah sikap moralnya Pak Sib yang pantas untuk seorang karikaturis politik. Dia berpendapat bahwa di lapangan politik setiap tokoh punya tanggungjawab pribadi kepada bangsa. Pertanggungjawaban ini tidak boleh dikaburkan dengan peranan lembaga, organisasi, lobi-lobi, atau ‘kekuatan sosial. Sebagai contoh saja: Wiranto punya tanggungjawab pribadi , dan bukan hanya menjadi ‘wakil’ dari lembaga TNI. Demikian Gus Dur dengan NU-nya, Habibie dengan lobi anak-anak ITB, dan Amien Rais dengan aliran Islam modernisnya. Dengan demikian tugas seorang karikaturis politik adalah ‘tunjuk hidung’. Tentu saja sikap ini ada banyak resiko, karena para tokoh yang hidungnya ‘ditunjuk’ bisa marah sekali dan balas dendam. Pak Sib seudah mengalami kepahitan masalah ini dalam kehidupannya. Pun juga karikaturis muda hebat si Yayak yang terpaksa melarikan diri selama beberapa tahun ke Eropa. Tetapi Pak Sib merasa risiko itu menjadi sebagian mutlak dari kehidupan seornag karikaturis yang benar.

Pelaku Seni Terkait : Augustin Sibarani , Dr. Ir. Sukarno , Wakidi , Basuki Abdullah , S Sudjojono , Abdul Aziz , Agus Djaya , Otto Djaya , Affandi , Hendra Gunawan , Barli Sasmitawinata , Dullah , Henk Ngantung , Sudjana Kerton
Karya Seni Terkait :
Peristiwa Terkait :