"Rakyat" di tangan kelompok kesenian seperti halnya Pelukis Rakjat mungkin tidak terlampau membawa perkara besar dalam kehidupan masyarakatnya, karena mereka hanya sebuah kelompok seni yang mungkin juga tidak terbilang besar seperti kelompok arus utama di Barat (modern) yang membawa pengaruh maupun melahirkan gaya-gaya (isme) yang kuat.

Mereka saya kira, hanyalah satu dari sekian kelompok yang ingin mengembangkan dirinya sebagai bgaian dari anggota masyarakat, yang juga ingin bergerak untuk memberi satu pengertian atas dirinya sendiri; bagaimana rakyat menjadi bagian dalam diri dan hati mereka, tanpa sekadar basa-basi dan di mulut belaka.

(Cuplikan dua paragraf terakhir dari tulisan Mikke Susanto berjudul "Rakyat Biasa, Rakyat Politis dalam Sketsa Pelukis Rakjat" yang dimuat pada harian Kedaulatan Rakyat, 1 September 2002)